PATI, Harianmuria.com – Banjir yang menggenangi Kecamatan Kayen, selain dipicu akibat derasnya intensitas hujan juga dikarenakan alih fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan jagung. Selain itu, reboisasi dengan tanaman keras seperti sawo, sengon, mangga, hingga petai yang dilakukan oleh masyarakat bersama dengan pemerintah pada 2022 silam juga belum berhasil.
Untuk itu, anggota Komisi B DPRD Pati Sukarno mendorong agar reboisasi diganti dengan tanaman nanas. Karena menurutnya, tanaman nanas memiliki akar yang kuat untuk menyerap air hujan agar tidak turun ke bawah.
“Kalau kita melihat fenomena sekarang ini memang reboisasi dengan tanaman buah itu belum berhasil. Salah satunya memang karena masa tumbuh yang lama. Mungkin bisa dicoba tanaman nanas, kan akarnya kuat,” usul Sukarno.
Politisi dari Partai Golkar ini menilai, Kabupaten Pati harus belajar dari Kabupaten Pemalang yang dinilai sukses dalam mengembangkan tanaman nanas di kaki Gunung Slamet.
Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya mengatakan, banjir yang terjadi di depan RSUD Kayen pada Rabu 13 Maret 2024 memang sudah menjadi langganan setiap hujan deras.
“Banjir di Alun-alun Kayen ini memang sudah tahunan ya. Jadi penyebabnya air dari daerah atas, Slungkep, Sumbersari, air turun ke wilayah Kayen tepatnya di depan RSUD Kayen,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Martinus, kawasan hutan di Pegunungan Kendeng yang sudah beralih menjadi lahan pertanian juga menjadi salah satu faktor penyebabnya.
“Penyebab karena rusaknya hutan daerah tangkapan air di sebelah atas. Hutan yang semestinya menjadi fungsi lindung sudah berubah menjadi tanaman semusim, utamanya jagung,” jelas dia. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Harianmuria.com)