PEKALONGAN, Harianmuria.com – Antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap buah alpukat mendorong para praktisi dan konsultan pertanian untuk mengembangkan budi daya alpukat secara lebih luas di Kabupaten Pekalongan.
Salah satu varietas lokal yang tengah dikembangkan dan dinilai berpotensi menjadi ikon pertanian Kabupaten Pekalongan adalah Alpukat Diva. Hal tersebut disampaikan oleh Handono Warih, konsultan pertanian swadaya dari Deruci Agrikultur.
“Melihat besarnya minat masyarakat sebagai konsumen alpukat dan prospek bisnisnya yang menjanjikan, kami berharap budi daya alpukat dapat diperluas di Pekalongan,” kata Handono saat ditemui dalam kunjungan pertanian di Desa Legok Kalong, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, Sabtu (10/5/2025).
“Kami akan terus mengampanyekan manfaat alpukat, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi,” sambunganya.
Menurutnya, alpukat merupakan buah yang tidak mengenal musim, dapat langsung dikonsumsi, dan memiliki rendemen yang tinggi. Ia menyebut Alpukat Diva sebagai varietas yang ideal untuk wilayah Pekalongan karena kemampuannya tumbuh di berbagai ketinggian, mulai dari dataran rendah hingga lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.
“Varietas Diva ini merupakan hasil pengembangan putra daerah, Mas Hartanto. Kami berharap Diva dapat menjadi primadona dan maskot pertanian Pekalongan, bahkan berpotensi menarik wisatawan untuk agrowisata dan edukasi dari luar daerah,” jelasnya.
Sementara itu, Hartanto, petani alpukat dari Desa Legok Kalong, mengatakan dirinya telah menggeluti budi daya alpukat sejak tahun 2018. Ia fokus pada pengembangan varietas lokal, terutama Alpukat Diva, meskipun juga menanam varietas unggulan lainnya seperti Yellow Vietnam.
“Saya sudah delapan tahun menanam alpukat. Menurut saya, alpukat sangat menguntungkan secara ekonomi dan memiliki manfaat kesehatan yang besar,” tuturnya.
Menurut Hartono, budi daya alpukat relatif mudah asalkan petani memahami karakteristik pohon dan teknik penanamannya. Ia pun mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan tidur atau lahan dengan kendala irigasi.
“Varietas sekarang lebih tahan terhadap hama seperti ulat, dan kita dapat mengatasinya dengan teknik budi daya yang tepat. Hasilnya sangat membantu, baik untuk meningkatkan gizi maupun perekonomian,” terangnya.
Hartanto menekankan pentingnya pemahaman menyeluruh, mulai dari perawatan hingga pascapanen.
“Jangan sampai kebingungan setelah panen. Harus direncanakan apakah akan dijual atau diolah. Saya pribadi siap menampung hasil panen dari petani binaan saya, mengingat kebutuhan alpukat di wilayah kita sendiri masih sangat tinggi,” pungkasnya.
(FAHRI AKBAR – Harianmuria.com)