PATI, Harianmuria.com – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati Edy Martanto menyebut produksi garam di Kabupaten Pati tahun ini tidak dapat maksimal. Hal ini diakibatkan oleh fenomenna kemarau basah yang terjadi di kabupaten pati. Sehingga pada akhir Juli lalu, tambak garam tidak memperoleh panen sama sekali.
“Garam kan masih mengandalkan musim. Kondisi seperti saat ini belum ada produksi. Kalau iklimnya normal, Juli harusnya sudah produksi. Tapi ini masih nol,” ungkapnya.
Edy menjelaskan, grafik produksi garam di Pati sudah dimulai dari bulan Juli lalu. Biasanya, perjalanan panen dimulai dari angka 5 persen sejak bulan Juni, berangsur-angsur ke 15 persen, 20 persen hingga 30 persen sampai 100 persen.
“Biasanya nanjak terus turun. Nah, September biasanya puncaknya. Tapi saya tidak yakin untuk produksi tahun ini. Ya ini harusnya Juli kemarin sudah 20 persen atau ada 60 ribu ton sudah ada,” terangnya.
Kegagalan panen ini sendiri, merupakan hasil pantauan pihaknya dari Daerah Batangan. Dalam pantauannya, beberapa tambak garam berdampak akibat hujan, sehingga menyebabkan gagal panen.
“Kalau Oktober hujan lagi, bisa jadi tidak ada produksi lagi,” tegasnya.
Menurut Edy, Kabupaten Pati sendiri mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk produksi garam. Mengingat, pada tahun 2017 lalu, Kabupaten Pati sempat sukses panen garam dengan hasil yang cukup banyak hingga mencapai tiga ribu hektar lebih.
“Pernah mencapai produksi yang tinggi, 2017 sampai dengan 380 ribu ton dalam setahun. Bahkan satu hektar dapat menghasilkan 125 ton dibagi jadi 3 ribuan hektar tambak kita. Kalau musimnya bagus bisa 125 ton,” tuturnya.
Pihaknya pun berharap, setelah ini, tambak garam di Kabupaten Pati sudah dapat memproduksi garam.
“Syukur-syukur jika musim yang ada dapat bergeser, sehingga produksi garam dapat mencapai target,” tandasnya. (Lingkar Network | ziz | Harianmuria.com)