KUDUS, Harianmuria.com – Warga mengeluh kelangkaan gas elpiji subsidi 3 kilogram (Kg) yang terjadi di Kabupaten Kudus. Tabung gas elpiji 3 Kg disebut susah ditemukan di sejumlah pangkalan maupun toko-toko pengecer yang ada di wilayah setempat.
Thoriq, warga Desa Rendeng mengungkapkan, kesulitan mencari elpiji subsidi 3 kg. Dia mengaku sudah berkeliling ke warung dan toko-toko pengecer namun tidak ada stok sama sekali.
“Saya sudah keliling sampai 23 toko itu tidak ada sama sekali. Sampai saya titip ke rumah makan biasanya diantar langsung sama agen,” ungkapnya.
Selaras dengan Thoriq, salah satu warga Kelurahan Tumpangkrasak, Umi Ningsih mengatakan sudah kesulitan mencari elpiji subsidi sejak sebulan ini. Bahkan dia terpaksa menumpang masak di rumah tetangga saat tidak ada stok gas elpiji di rumahnya.
“Pernah saat kehabisan gas, beli juga tidak ada. Lalu ditawari sama tetangga masak di rumahnya,” ucap dia.
Menanggapi hal itu, Pjs Area Manager Communication, Relation and CSR Pertamina Jawa Bagian Tengah (JBT) Marthia Mulia Asri menjelaskan, saat ini pihaknya menduga adanya kerawanan terkait pengoplosan dan penimbunan elpiji 3 Kg. Hal inilah yang menjadi penyebab terjadinya kelangkaan gas elpiji bersubsidi.
“Ini lagi rawan pengoplosan sama yang menimbun (re: tabung gas subsidi 3 Kg),” ujarnya.
Ia mengungkapkan, dugaan itu muncul lantaran tidak adanya perubahan alokasi elpiji subsidi yang diberikan kepada masyarakat di wilayah Kabupaten Kudus. Pihaknya berencana akan bekerjasama dengan kepolisian untuk mengurai kelangkaan tabung gas elpiji di Kabupaten Kudus tersebut.
“Kami kerjasama dengan Polri untuk memantau indikasi tersebut,” jelasnya.
Namun, ia pun tidak memungkiri penyebab lain yang membuat pasokan gas elpiji di kota kretek itu menjadi langka. Ia mengira adanya peralihan
konsumen yang semula menggunakan elpiji non subsidi menjadi elpiji subsidi. Hal itu menyusul disparitas harga yang terlalu tinggi antara elpiji non subsidi dan subsidi.
“Karena alokasinya masih sama tidak ada pengurangan cuma karena disparitas harga dengan bright gas jadi indikasi mereka beralih ke elpiji 3 Kg juga banyak,” tandasnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Harianmuria.com)