KUDUS, Harianmuria.com – Seorang Ibu di Desa Temulus RT 03 RW 03, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus dengan tulus dan tegar merawat anaknya yang mengalami keterbelakangan mental dan syaraf lumpuh. Dialah Endang Lestari, seorang Ibu yang kesehariannya juga bekerja sebagai buruh mbatil di salah satu pabrik rokok di Kudus.
Seorang Ibu, Endang Lestari dengan ikhlas merawat anak semata wayangnya yang memili keterbatasan. Ia pun menceritakan masa ketika dirinya melahirkan buah hatinya.
“Tahun 2016 saya melahirkan dengan cara sesar. Setelah anak saya lahir, pihak perawat memberikan anak saya susu botol. Anak saya kemudian tersedak dan mengalami kejang-kejang,” kata Endang ditemui baru-baru ini.
Endang menjelaskan, anaknya saat ini juga tidak dapat melihat maupun berbicara dan hanya bisa tertawa. Bahkan, bagian tulang ekor anaknya tersebut juga lumpuh sehingga ketika hendak buang air besar harus sambil dibopong.
“Anak saya ini sering minta diemban, bisanya hanya merengek-rengek dan tertawa,” terangnya.
Endang melanjutkan, menurut dokter yang pernah merawat anaknya, Andika mengalami gangguan saraf otak. Karena keterbatasan ekonomi keluarganya, Endang jangang memeriksakan anaknya. Terakhir kali anaknya diperiksa ketika masih berusia tiga tahun. Untuk sementara ini, Andika hanya dirawat oleh kedua orangtuanya di rumah dengan semampunya. Penghasilannya dan suaminya yang hanya pedagang di pasar pun cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Sekarang sudah jarang periksa karena saya juga harus bekerja. Suami saya juga sibuk bekerja di pasar,” ujarnya.
Endang mengaku, dalam sehari dirinya hanya berpenghasilan Rp 48 ribu dari pekerjaannya membatil tiga ribu batang rokok.
“Seribu batang rokok hasil saya mbatil hanya diberi upah Rp 16 ribu, jadi kalau tiga ribu batang, saya diberi upah Rp 48 ribu saja,” ungkapnya.
Menanggapi adanya beberapa anak kecil yang mengalami kondisi tersebut, Ketua Forum Komunikasi Difabel Kudus Rismawan Yulianto, menyampaikan bahwa perlu banyak kepedulian dari masyarakat dan pemerintah terhadap kelompok difabel. Untuk menginisiasi supaya masyarakat terdorong lebih empati terhadap kelompok difabel, pihaknya juga melakukan silaturahmi ke kelompok-kelompok disabilitas yang membutuhkan bantuan. Inisiatif tersebut, kata Rismawan merupakan salah satu bentuk perhatian dan kepedulian dari teman-teman FKDK Kudus.
“Saya harap ada sebagian masyarakat luar yang nantinya peduli dan empati sehingga dapat membantu kawan-kawan difabel lainnya untuk mengatasi permasalahannya,” ungkapnya. (Lingkar Network | Hasyim Asnawi – Harianmuria.com)