PATI, Harianmuria.com – Sebagai bentuk dukungan pada pengembangan Desa Wisata berbasis batik, Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pati terus mendorong pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) warga masyarakat Desa Bakaran Wetan, Kecamatan Juwana, Pati.
Bentuk dari upaya ini, salah satunya adalah dengan menggandeng Balai Pusat SDM (BPSDM) Industri, dan Kementerian Perindustrian RI yang diwakili oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Batik Yayasan Cantingan Jagad Wastra untuk mengadakan Uji Kompetensi SDM Batik.
“Pada tahun 2021, Batik Tulis Bakaran ditetapkan Kemendikbud menjadi warisan budaya tak benda, dan di Bulan Mei 2022, Desa Bakaran Wetan juga telah ditetapkan menjadi Desa Wisata. Jadi ini adalah sebuah pertanda bahwa batik sudah menjadi trend dan sudah diakui secara luas. Tentu saja ini adalah hal yang sangat membanggakan kita,“ ucap Kepala Dinporapar Pati, Rekso Suhartono melalui Kabid Pemasaran Pariwisata, Endah Murwaningrum belum lama ini.
Selain dilaksanakan di Desa Bakaran Wetan, kegiatan uji kompetensi SDM batik yang dihadiri sekitar 50 orang itu juga dilaksanakan di Desa Langgenharjo, Kecamatan Juwana. Langkah semacam ini, lanjut Endah, merupakan suatu kegiatan positif yang patut diapresiasi dan dilestarikan karena mengangkat budaya asli Pati.
“Saya rasa uji kompetensi ini adalah strategi jitu sebagai wujud kecintaan dan kepedulian kita kepada budaya asli daerah. Sehingga para pembatik benar-benar mempunyai standar kualitas yang baik dan berkompeten,” tambahnya.
Sementara itu, Tamzis Al Anas selaku penggiat batik tulis sekaligus penggagas Wisata Batik Pati menjelaskan bahwa salah satu cara melestarikan batik adalah dengan memperkenalkannya kepada generasi milenial.
Bantuan dari pemerintah pun, menurut Tamzis sangat penting untuk memasarkan produksi batik asal Pati, baik dalam skala nasional maupun internasional.
“Batik tulis kita ini harus dilestarikan melalui edukasi, pelatihan dan ada sertifikasi sebagai tenaga yang kompeten. Selain itu, promosi baik secara online maupun offline adalah hal yang sangat penting. Bahkan dengan bantuan DIKTI, batik tulis ini sudah sampai Belanda dan Jerman, dengan pewarnaan yang ramah lingkungan dan motif kekinian untuk menjangkau generasi millennial,” tutupnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Harianmuria.com)