KUDUS, Harianmuria.com – Masyarakat Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus kembali menggelar tradisi Air Salamun Rebo Wekasan Masjid Wali Jepang usai dua tahun vakum karena pandemi Covid-19.
Ketua Panitia Penyelenggara Nur Aziz mengatakan, kegiatan Festival Air Salamun Rebo Wekasan mulai dijadikan sebagai tradisi budaya desa sejak tahun 2009, yakni ketika Desa Jepang mendapat predikat sebagai desa wisata oleh Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan Festival Rebo Wekasan tahun ini digelar lebih meriah setelah dua tahun vakum. Dalam gelaran ini, ada sekitar 170 stand UMKM dengan aneka makanan, kuliner, dan bubur Rebo Wekasan sebagai sajian utama kegiatan tersebut.
Selain bazar UMKM, agenda Festival Rebo Wekasan juga dimeriahkan dengan panggung budaya dan pentas seni seperti rebana, fashion show, musik, teaterikal, puisi, dan lagu anak.
Aziz menambahkan, dalam Festival Rebo Wekasan juga dilangsungkan acara kirab 10 gunungan hasil bumi berupa buah dan sayuran. Dimana salah satu gunungan itu terdapat Air Salamun yang diambil dari Masjid Wali Jepang.
“Memang sejak dulu kita sudah merawat tradisi ini, tujuannya bersedekah sambil berdoa memohon balak. Selain itu, people power masyarakat di sini sangat terasa karena tidak melibatkan unsur pemerintahan,” ujarnya.
Pihaknya berharap, kegiatan Festival Rebo Wekasan ini tetap dilestarikan supaya masyarakat dan generasi sekarang tetap mengingat perjuangan para tokoh pendahulu.
“Harapannya pengurus tetap kompak melestarikan tradisi ini, supaya masyarakat tidak melupakan sejarah,” harapnya.
Sebagai informasi, acara Rebo Wekasan sendiri digelar setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar. Peringatan Rebo Wekasan sudah dilangsungkan oleh masyarakat Desa Jepang sejak lama, yakni sekitar tahun 1900-an. Adapun acara tersebut digelar bertujuan untuk mengharap doa kepada Allah supaya dilindungi dari balak dan musibah. (Lingkar Network | Hasyim Asnawi – Harianmuria.com)