JEPARA, Harianmuria.com – Imbas dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), membuat ongkos produksi di kalangan petani dan nelayan juga naik. Hal ini disampaikan Ketua Bidang Produksi dan Pemasaran Himpunan Kerukunan Tani Indonesia sekaligus anggota Komisi VIII DPR RI asal Jepara, Abdul Wachid, Jum’at (9/9).
Wachid mengatakan kebijakan pemerintah menaikan harga BBM subsidi berpengaruh kepada Harga Pokok Produksi (HPP). Sehingga ongkos produksi juga mengalami peningkatan 12-15%. Hal ini menyebabkan para petani kini menanggung beban lebih besar.
“Banyak keluhan dari para petani terkait kenaikan harga BBM, kebijakan pemerintah ini membuat petani kian berat menghadapi situasi pasca pandemi Covid-19. Kenaikan BBM membuat para petani menjerit, bapak Presiden. Kehidupan para petani di daerah-daerah semakin nelangsa,” ungkapnya.
Ketua DPD Jawa Tengah Partai Gerindra itu juga mengungkapkan, harga BBM jenis solar yang sering dipakai para petani untuk mengolah kebun dan nelayan untuk berlayar di laut melonjak tajam. Dirinya prihatin pasca kenaikan harga BBM pertalite dan solar mereka tidak tahu harus berbuat apalagi untuk menghadapi kondisi yang semakin kompleks ini.
”Petani padi, tebu, sayuran, nelayan, tambak, dan lain-lain. Mereka hidup di desa-desa pinggir laut di gunung-gunung jauh dari para elit dan tidak tahu cara menyuarakan jeritan hatinya,” ucap Wahid.
Menurutnya, kondisi ini tidak hanya memberatkan beban biaya sarana produksi, tapi juga upah buruh, biaya angkut, harga pupuk, obat-obatan, bahkan beban biaya hidup. Belum lagi jika harga hasil panen dinaikkan, seringkali diributkan seolah petani tidak boleh mendapatkan keuntungan.
“Kami meminta agar Presiden Jokowi memperhatikan nasib para petani yang terimbas kenaikan harga BBM. Beberapa di antaranya seperti program kredit murah atau pupuk subsidi yang tersedia cukup dan murah,” harapnya. (Lingkar Network | Muslichul basid – Harianmuria.com)