JEPARA, Harianmuria.com – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jepara dalam dialog resmi menjaring Aspirasi Rakyat (Jaring Asmara) di Radio Kartini Fm Jepara Haizul Ma’arif menyampaikan, cinta tanah air dalam agama sendiri merupakan sebagian dari iman.
“Sebuah statement yang sangat berani tegas dan mampu menggugah semangat Indonesia saat itu di tengah menghadapi gempuran dari Brigjen Mallaby. Bahkan kalimat itu masih relevan sampai saat ini dan sampai kapanpun,” ujar Gus Haiz.
Menurutnya, pada zaman sekarang yang paling dominan saat ini adalah isu ekonomi. Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa 2022-2023 masa depan dunia ini tidak akan berkurang.
“Meskipun tidak mengatakan eksplisit, bahwa Indonesia apakah termasuk di dalamnya atau tidak, akan tetapi efek global dunia ini harus menjadikan kita bersiap diri untuk bisa mengantisipasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi serta menjaga kedaulatan Indonesia dan
harkat martabat inilah yang harus kita tegakan,” tuturnya.
Gus Haiz menyebutkan, ada tiga cara untuk meningkatkan rasa cintai tanah air. Salah satunya mencintai produk-produk dalam negeri. Dirinya menilai, ketergantungan Indonesia akan impor sudah tidak bisa dipungkiri lagi, baik dari makanan, industri manufaktur mobil, gadget yang
menunjukan bahwa negeri ini belum sepenuhnya mandiri secara ekonomi bisa diartikan belum merdeka secara ekonomi,
“Untuk itu dengan mencintai produk-produk dalam negeri Insyaallah sedikit banyak ini sangat membantu tanah air Indonesia bangsa Indonesia untuk bisa berdiri di atas kaki sendiri,” terangnya.
Selanjutnya yakni terkait pajak, gus Haiz menegaskan kepada masyarakat untuk tidak mengaku cinta tanah air jika enggan membayar pajak.
“Bagaimana kita bisa mengatakan kita cinta tanah air, sementara kewajiban kita sebagai warga negara Indonesia tidak kita tunaikan. Dengan bayar pajak maka kita mendukung pemerintah dalam memberikan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia dan yang ketiga,” lanjutnya.
Merdeka itu, kata dia, adalah bagaimana hati kita merasa tenang tanpa tekanan termasuk dalam menyuarakan suara kritik kepada apapun. Ini menjadi hal penting dalam berdemokrasi, sebab sesuatu hal yang sangat lumrah jika keseimbangan suara masyarakat kepada pemerintah dan juga sebaliknya.
“Hal ini merupakan bagian dari sebuah kemerdekaan, jika masih ada mendapat tekanan dari sebagian oknum pemerintah, politik, dan penguasa maka tidak benar bahwa kemudian orang tersebut dikatakan merdeka. Jadi yang ketiga adalah merupakan kebebasan hak berpendapat tanpa menjatuhkan dan menghina pihak lain,” pungkas Gus Haiz. (Lingkar Network | Muslichul Basid | Harianmuria.com)