KUDUS, Harianmuria.com – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus meluncurkan inisiatif baru untuk mendongkrak kunjungan wisata melalui penguatan potensi lokal.
Salah satu agenda unggulan yang tengah digagas adalah Festival Gunungan Muria Raya, sebuah festival budaya yang akan melibatkan desa-desa di lereng Gunung Muria, tidak hanya terpusat di Desa Rahtawu seperti sebelumnya.
Kepala Disbudpar Kudus, Mutrikah, menyampaikan bahwa festival ini dirancang untuk menggali dan mempromosikan kekayaan budaya, potensi alam, serta kreativitas masyarakat di berbagai desa seperti Colo, Ternadi, Japan, dan Kajar.
“Kami ingin menyatukan semangat masyarakat desa-desa di lereng Muria. Setiap desa punya keunikan budaya dan potensi wisata yang bisa ditampilkan dalam satu panggung bersama,” jelas Mutrikah, Selasa, 8 Juli 2025.
Gagasan Festival Gunungan Muria Raya berangkat dari kesuksesan Rahtawu Culture Festival yang digelar tahun ini setelah hampir satu dekade vakum. Antusiasme masyarakat menjadi sinyal positif bahwa kekayaan tradisi lokal masih memiliki daya tarik besar.
“Dulu terakhir digelar sembilan tahun lalu, dan baru tahun ini bisa hidup lagi. Melihat antusiasmenya, kami yakin potensi ini bisa dikembangkan lebih luas lewat festival lintas desa,” tambahnya.
Festival ini juga sejalan dengan visi Disbudpar Kudus untuk mengembangkan desa wisata berbasis kearifan lokal. Setiap desa akan difasilitasi untuk menonjolkan identitas dan keunikannya masing-masing.
“Misalnya, Rahtawu tetap dengan nuansa spiritual dan keindahan alamnya, Ternadi unggul di sektor agrowisata, Japan dengan kesenian rakyatnya. Semua desa punya peran penting dan tampil berbeda,” ujarnya.
Festival Gunungan Muria Raya tidak hanya akan menjadi ajang budaya, tetapi juga media promosi pariwisata dan produk lokal. Masyarakat desa akan mendapat ruang untuk memamerkan karya seni, produk UMKM, hingga pertunjukan tradisional yang berkembang secara alami.
“Ini bukan sekadar tontonan, tapi juga strategi memperkuat ekonomi lokal. Kami ingin mendorong lahirnya inisiatif kreatif dari masyarakat sendiri. Pemerintah akan hadir sebagai fasilitator, bukan sekadar pemberi instruksi,” tegas Mutrikah.
Festival ini dirancang menjadi agenda tahunan yang mampu menarik wisatawan sekaligus menghidupkan kembali semangat gotong royong, seni tradisi, dan kebanggaan terhadap budaya lokal di lereng Muria.
(NISA HAFIZHOTUS SYARIFA – Harianmuria.com)