REMBANG, Harianmuria.com – Kemeriahan peringatan Hari Kartini ke-144 tahun 2023 ini masih berlanjut pada Kamis (12/4) di museum RA Kartini Rembang. Dua event digelar secara bersamaan, yakni lomba tari orek-orek di pendopo dan lomba dolanan anak tradisional di sanggar budaya komplek museum RA Kartini.
Di pendopo museum, 29 peserta dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) adu kebolehan dalam menari tarian khas Rembang orek-orek dengan berbagai kreasi. Lomba ini berjalan meriah, karena tiap peserta membawa serta suporternya masing-masing.
Tak jarang aksi keren dan lucu terlihat di depan area lomba memantik sehingga tawa dan tepuk tangan dari penonton. Bahkan usai menari ada beberapa yang mendapatkan saweran dari Kepala OPD sebagai apresiasi perjuangan selama beberapa hari telah berlatih dan tampil di hari perlombaan.
Salah satu peserta lomba tari orek-orek perwakilan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rembang, Agung Nugroho mengaku baru tahu tarian orek-orek menjelang peringatan Hari Kartini ini. Terlebih dirinya asli Kudus dan baru saja bertugas di Rembang sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
“Kaget, was-was, dan deg-degan juga karena tadi dilihat langsung oleh ibu Bupati dan ibu Wakil Bupati. Baru tahu juga tari orek-orek saya kan asli kudus, latihan 5 kali pertemuan, ternyata Rembang tradisinya luar biasa,” ungkapnya.
Hasiroh Hafidz, Ketua TP PKK Kabupaten Rembang yang menyaksikan dari awal sampai akhir lomba mengaku senang melihat aksi para peserta. Menurutnya, kegiatan ini sebagai salah satu cara melestarikan seni budaya.
“Tidak apa- apa (menarinya ada yang kaku-red) yang penting ikut mangayubagyo dalam rangka memperingati hari kartini ke 144. Semua harus senang, bahagia untuk menyambut hari kelahiran ibu kartini, karena telah memperjuangkan emansipasi wanita,” tuturnya.

Baginya, menonton lomba tarian tradisional juga mengingatkannya tentang memori sewaktu duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) yang juga suka menari. Maka tak heran istri dari Bupati Rembang ini terlihat menikmati dan memberikan tepuk tangan atas setiap penampilan peserta.
Sedangkan dari sanggar budaya, 19 kelompok dari perwakilan berbagai SD berlomba menampilkan dolanan tradisional tempo dulu dalam kemasan pertunjukkan. Mulai dari dolanan bakiak guyub, dakon, gobak sodor, engklek, cublak-cublak suweng, dan petak umpet ditampilkan anak-anak di depan para juri.
“Ada nilai-nilai edukasi yang ditanamkan di setiap dolanan tersebut. Misalnya nilai kejujuran dan kebersamaan,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rembang Mutaqin melalui Kabid Pemasaran Pariwisata Kusrini. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Harianmuria.com)