JEPARA, Harianmuria.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara tengah mempersiapkan Embung Kalimati Bapangan di Kecamatan Jepara sebagai solusi jangka panjang untuk mengatasi permasalahan krisis air bersih di wilayah perkotaan. Embung ini juga akan dikembangkan menjadi destinasi wisata edukasi berbasis lingkungan.
Rencana strategis ini disampaikan oleh Bupati Jepara Witiarso Utomo (Mas Wiwit), saat melakukan peninjauan ke Embung Kalimati pada Kamis (15/5/2025).
“Keterbatasan sumber daya air saat ini membuat pelayanan Perumda Air Minum Tirta Jungporo belum berjalan maksimal. Jika instalasi pengolahan sudah dibangun dan beroperasi, maka kebutuhan air baku di wilayah kota bisa tercukupi, bahkan berpotensi surplus,” katanya.
Lebih lanjut, Mas Wiwit menjelaskan bahwa pembangunan fisik Embung Bapangan telah rampung dikerjakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Tahap selanjutnya adalah pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang akan ditangani oleh Direktorat Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Pengajuan proposal pembangunan IPA ini akan segera kita sampaikan kepada Kementerian PUPR. Kami menargetkan proposal tersebut dapat masuk maksimal akhir Juni 2025, sehingga realisasinya dapat kita harapkan pada tahun mendatang,” jelasnya.
“Jadi, pembangunan IPA ini tidak akan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Mohon doa restunya agar pengajuan kita ke Kementerian PUPR dapat berjalan lancar,” sambung Mas Wiwit.
Selain sebagai sumber air baku, Embung Bapangan juga dinilai berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata edukasi yang berwawasan lingkungan. Pemkab berencana untuk berkoordinasi dengan BBWS terkait izin pemanfaatan kawasan embung untuk tujuan wisata.
“Desain pengembangan telah disiapkan. Salah satu rencana ialah pembangunan gedung edukasi yang akan digunakan sebagai sarana belajar mengenai proses pengolahan air siap minum,” beber Mas Wiwit.
Sementara itu, Direktur Utama Perumda Tirta Jungporo Sapto Budiriyanto mengungkapkan, Embung Kalimati memiliki kapasitas teknis sebesar 100 liter per detik. Namun saat ini baru diizinkan untuk pemanfaatan sebesar 50 liter per detik.
“Potensi embung cukup untuk kebutuhan air bersih setahun penuh, termasuk di musim kemarau seperti Agustus dan September,” jelasnya.
Kendati demikian, fasilitas belum dapat dimanfaatkan karena belum tersedia IPA. Menurut Sapto, pembangunan IPA membutuhkan anggaran sebesar Rp40 hingga Rp45 miliar. Tidak adanya alokasi dana membuat Perumda belum bersedia menerima pengelolaan embung dari BBBWS.
“Sebetulnya mau diserahkan kepada pihak PDAM, tapi kami tidak berani untuk menerima karena belum punya anggaran untuk mengelola, mengoperasikan, dan juga pemeliharaannya,” terangnya.
Sapto menambahkan, saat ini kebutuhan air bersih wilayah kota masih defisit sekitar 36 liter per detik. Pelayanan kepada 21 ribu pelanggan masih mengandalkan 20 sumur air tanah, yang kapasitasnya terbatas.
(TOMI BUDIANTO – Harianmuria.com)