Selasa, Juli 1, 2025
  • Box Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Kerjasama & Iklan
  • Disclaimer
  • Home
  • Nasional
    • Jabodetabek
    • Jawa Barat
    • DIY
    • Jawa Timur
  • Seputar Jateng
    • Pati
    • Kudus
    • Jepara
    • Rembang
    • Demak
    • Semarang
    • Blora
    • Grobogan
    • Kendal
  • Artikel
    • Kesehatan
    • Lifestyle
    • Parenting
    • Tips
    • Travelling
    • Silabus & RPP
    • Opini
  • HMTV
  • Box Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
    • Jabodetabek
    • Jawa Barat
    • DIY
    • Jawa Timur
  • Seputar Jateng
    • Pati
    • Kudus
    • Jepara
    • Rembang
    • Demak
    • Semarang
    • Blora
    • Grobogan
    • Kendal
  • Artikel
    • Kesehatan
    • Lifestyle
    • Parenting
    • Tips
    • Travelling
    • Silabus & RPP
    • Opini
  • HMTV
  • Box Redaksi
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Artikel

Dikenal Sebagai Tokoh Penyebar Agama Islam di Jepara, Siapa Sajakah Mereka?

by Sekar Sari
2 September 2022
in Artikel, Nasional
0 0
MENERANGKAN: Gerbang pintu masuk masjid Mantingan, Jepara. (Istimewa/Harianmuria.com)

MENERANGKAN: Gerbang pintu masuk masjid Mantingan, Jepara. (Istimewa/Harianmuria.com)

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on WatsApp

Harianmuria.com – Jepara merupakan salah satu kota yang mempunyai peran penting dalam penyebaran Islam di pulau Jawa. Terdapat beberapa tokoh agama yang dikeramatkan bahkan dianggap waliyullah karena dikenal sebagai penyebar ajaran Islam oleh masyarakat Jepara. Tentunya para tokoh tersebut memiliki ciri khas tersendiri dalam proses pendekatan dakwahnya. Siapa saja kah mereka? Simak ulasan berikut ini.

Sultan Hadlirin

Sultan Hadlirin memiliki nama asli Sayyid Abdurrahman Ar Rumi. Lahir di kota Aceh. Ia memiliki beberapa sebutan  yang diperoleh semasa hidupnya yaitu Sunan Hadirin bermakna ulama pendatang (gelar keagaman). Sebutan itu ia peroleh ketika  menyebarkan agama Islam di Jepara. Sultan Hadlirin diperoleh ketika  menjadi sultan pertama di Jepara. Ada juga sebutan lainnya yakni Pangeran Kalinyamat (gelar tokoh masyarakat) karena ia merupakan  pendiri Kota Kalinyamat.

Namun, terdapat sebuah pendapat yang menyebutkan bahwa nama asli Sultan Hadliri adalah Pangeran Toyib, putera dari Sultan Mughayat Syah seorang raja Kesultanan Aceh pada tahun 1514-1528 Masehi.

Sultan Hadlirin memutuskan pergi  ke tanah Jawa untuk menyebarkan Islam sekaligus menghindari pertumpahan darah akibat perebutan kekuasaan dengan saudaranya Raden Takyim. Sebelumnya Sultan Hadlirin berkelana keberbagai tempat, ke Makkah bahkan ke Champa hingga berakhir di bandar Jepara dan menikah dengan Ratu Kalinyamat.

Sultan Hadlirin merupakan sosok pemimpin dan ulama yang mencapai puncak kejayaan saat memimpin Kesultanan Kalinyamat. Ia memiliki wilayah kekuasaan yang luas meliputi wilayah  Jepara, Pati, Rembang, Juwana, Alas Mentaok (Mataram), hingga Pulau Bawean.

Dalam menyebarkan ajaran Islam, ia menggunakan pendekatan akulturasi budaya. Hal ini dapat dilihat dari Masjid Wali yang berada di desa Loram Kulon, Kabupaten Kudus. Tidak hanya itu, Sultan Hadlirin juga melakukan pendekatan budaya seperti ampyang maulid, kepelan, nganten mubeng gapuro karena dirasa metode penyebaran tersebut lebih mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat dan masih dilestarikan higga saat ini.

Sultan Hadlirinn wafat pada tahun 1549 dan dimakamakan  di Komplek masjid Mantingan di Desa Mantingan, Kec. Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pada 1559, Ratu Kalinyamat membangun sebuah masjid di bukit Pamantingan, satu kompleks dengan makam suaminya. Masjid tersebut kemudian menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jepara yang saat ini dikenal dengan Masjid Astana Sultan Hadlirin.

Ratu Kalinyamat

Ratu Kalinyamat sebenarnya mempunyai nama asli yaitu Retna Kencana dan merupakan  putri dari  Sultan Trenggono, seorang raja Demak yang memimpin pada tahun 1521-1546 Masehi.

Pada masa Ratu Kalinyamat, kerajaan Kalinyamat mempunyai andil besar dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam di Jawa terutama daerah Jepara. Pada masa ini, ia mendirikan masjid Mantingan pada tahun 1559 Masehi.

Masyarakat Jepara memanfaatkan masjid tersebut sebagai tempat beribadah sekaligus lembaga pendidikan keagamaan dan pengajaran Islam. Tidak heran jika pada waktu itu, sebuah masjid sangat penting kedudukannya dalam sebuah kerajaan yang bernuansa Islam.

Di Masjid Mantingan ini, Ratu Kalinyamat dan para wali mengajarkan kepada masyarakat yang baru memeluk Islam untuk mempelajari dan mendalami ajarannya, menjalankan ibadah shalat dan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.

Masjid  Mantingan ini mengandung unsur- unsur budaya bernuansa Islam dan budaya tradisional Hindu-Budha yang konon berasal dari  petunjuk Sunan Kalijaga kepada Ratu  Kalinyamat. Corak bangunan dan ukiran yang terdapat di masjid, memperlihatkan kesinambungan tradisi pra Islam dengan tujuan lain untuk menarik perhatian masyarakat yang belum masuk Islam,  sehingga mereka senang mengunjungi masjid ini.

Ratu Kalinyamat juga membentuk Komunitas Islam Santri, lantaran masyarakat Jepara tergolong taat dan patuh  menjalakan ajaran Islam, tekun melaksanakan ibadah, dan rajin mengikuti acara pengajian yang dilaksanakan di masjid Mantingan. Komunitas tersebut  merupakan gambaran sejarah, pola tatanan kota muslim yang membentuk perkampungannya sendiri.

Ratu Kalimanyat meninggal dunia sekitar tahun 1579 M dan dimakamkan di dekat makam suaminya yaitu Sultan Kalinyamat di desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara.

Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar memiliki nama asli Raden Abdul Jalil atau juga dikenal dengan nama  Sunan Jepara, Sitibrit, Syekh Lemah abang, dan Syekh Lemah Abang. Ada yang menyebutkan jika ia lahir di Persia pada tahun 1426 M atau 1346 H dan memiliki nama kecil Abdul Hasan bin Abdul Ibrahim bin Ismail.

Syekh Siti Jenar belajar berbagai ilmu di Baghdad dan Irak dalam waktu cukup lama sehingga ia dapat menguasai berbagai ilmu agama Islam. Ketika di Baghdad, ia lebih tertarik untuk mendalami ilmu Tasawuf sampai berguru pada Syekh Ahmad Baghdadi yang menganut aliran tarekat Akmaliyah. Namun ia juga mempelajari tarekat Syathariyah dari sepupunya sekaligus guru rohaninya.

Kemudian setelah dari Baghdad, ia merantau pergi ke Malaka untuk mengajarkan ilmu yang ia dapat kepada masyarakat di sana. Disitulah ia mendapatkan sebuah gelar Syekh Datuk Abdul Jalil dan Syekh Jabarantas.

Tak lama kemudian ia memutuskan untuk menyebarkan Islam dengan pergi ke pulai Jawa menuju Giri Amparan Jati, dan tinggal dengan sepupunya Syekh Datuk Kahfi. Di daerah inilah ia mendapatkan banyak murid yang berasal dari berbagai golongan bangsawan dan masyarakat umum. Lalu, ia mendirikan sebuah pondok pesantren untuk belajar di Dukuh Lemah Abang, Cirebon dan mendapatkan sebutan Syekh Lemah Abang.

Syekh Siti Jenar berguru kepada Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati, lalu ia mengenal konsep Manunggaling Kawula Gusti. Syekh Siti Jenar kemudian berdakwah ke Jepara dan mendirikan sebuah pondok pesantren.

Syekh Siti Jenar meninggal 1517 Masehi di Demak. Masyarakat Jepara meyakini makam Syekh Siti Jenar berada di masjid Mantingan yang masih berdekatan dengan makam Sultan Hadlirin dan Ratu  Kalinyamat di Desa Mantingan, Kec. Tahunan, Kabupaten Jepara.

Sunan Nyamplungan

Sunan Nyamplungan memiliki nama asli Syekh Amir Hasan, merupakan putra dari Sunan Muria. Gelar Sunan Nyamplungan diperolehnya karena di tempat Syeh Amir Hasan terdapat pohon nyamplungan, sehingga warga Karimun Jawa menyebut Syeh Amir Hasan dengan nama Sunan Nyamplungan.

Sunan Nyamplungan mendapatkan tugas dari pamannya Sunan Kudus untuk berdakwah di Karimun Jawa. Metode dakwah yang digunakannya yaitu  damai dan konsisten, sehingga pada abad 15 dan 16  penduduk Karimun Jawa berbondong-bondong dan tertarik untuk masuk Islam. Saat itu wilayah Karimun Jawa memiliki enam suku yaitu suku Bugis, Jawa, Madura, Buton, Bajo, Madan, Mandar.

Dalam memimpin Karimunjaya, Sunan Nyamplungan sangat bijaksana kepada kebijakan yang dibuatnya. Sehingga segala konflik yang muncul antar suku di Karimun Jawa dapat diminimalisir. Salah satu cara yang dilakukannya dalam mempersatukan keenam suku dengan jalan dakwah bil hikmah.

Selain itu, Sunan Nyamplungan merupakan seorang penganut mursyid thoriqoh. Ia pun selalu menggunakan piranti lokal saat berdakwah, misalnya kayu, seperti kayu Stigi, Dewandaru dan Kalimasada yang memiliki filosofi mendalam. Saat ini berbagai jenis kayu tersebut digunakan warga setempat untuk membuat perabotan rumah tangga.

Sunan Nyamplungan wafat di Karimun Jawa Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dan dimakamkan di sana.

Itulah beberapa tokoh-tokoh yang mempunyai peran penting dalam menyebarkan agama Islam di Jepara. Segala hambatan yang mereka hadapi  dalam berdakwah dapat dijadikan sebuah pembelajaran.

Selain dari keempat nama-nama di atas, masih ada banyak lagi tokoh-tokoh yang turut berjasa dalam penyebaran agama Islam di kota ukir. Bahkan hingga kini, makam dan peninggalan mereka masih dijaga serta diziarahi masyarakat. (Kontributor Uin – Harianmuria.com)

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari harianmuria.com
Tags: Info JeparaInfo MuriajeparaRatu KalinyamatSultan HadlirinSunan NyamplunganSyekh Siti JenarTokoh Penyebar Agama Islam di Jepara

Related Posts

Nasional

Susunan Pengurus Pusat JMSI 2025–2030 Resmi Ditetapkan, Ini Daftarnya

1 Juli 2025
Artikel

Dirgahayu Polri, Polisi Ideal Itu Ada?

30 Juni 2025
Nasional

HUT ke-79 Bhayangkara, Pengamat Luncurkan Buku ‘Polri untuk Masyarakat: Transformasi Menuju Indonesia Emas 2045’

30 Juni 2025
Nasional

Firman Soebagyo Kritik Perpanjangan Masa Jabatan DPRD, Minta MK Kaji Ulang

30 Juni 2025
Load More
Next Post

Satpol PP Jepara Sita 3.400 Botol Penjual Miras di Kalinyamat

BERITA UTAMA

Highlight

Rembang Siapkan Bendungan Randugunting Blora sebagai Sumber Air Baku

by Basuki
26 Mei 2025
0

Pemkab Rembang berencana memanfaatkan Bendungan Randugunting sebagai sumber air baku untuk mendukung kebutuhan air bersih dan irigasi jangka panjang di...

Dampak Efisiensi Anggaran, BKN Terapkan Dua Hari Kerja di Luar Kantor

5 Februari 2025

80 Persen Warga Jateng Ditargetkan Terima Layanan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

5 Februari 2025

Inspektorat Kudus Telusuri Dugaan Lelang Fiktif dan Penyelewengan Retribusi di Terminal Colo

5 Februari 2025

Prabowo Izinkan Pengecer Jual Elpiji 3 Kg Lagi, tapi Ada Syaratnya

4 Februari 2025

Trending Bulan Ini

  • Tim Advokat Gugat Koperasi BLN Salatiga Rp3,1 Triliun ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Duka RST dr Asmir Salatiga Hadir dengan Layanan Inklusif 24 Jam untuk Semua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Salah, Begini Cara Bedakan Kartu Keluarga Asli dan Salinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Koperasi BLN Salatiga Digugat Rp3,1 Triliun, Ini Tanggapan Kuasa Hukum

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 10 Rekomendasi Oleh-oleh Khas Rembang yang Paling Banyak Digemari

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Isu Pembangunan TPST di Kalijoyo Pekalongan Resahkan Warga, Ini Kata Kades dan Dinas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wisata 16 Pantai di Jepara yang Menarik Untuk Dikunjungi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sering Dikira Sama, 8 Perbedaan Jeruk Pamelo Khas Pati dengan Jeruk Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PPL-KKL UIN Sunan Kudus di BLA Semarang, Dorong Literasi dan Output Riset Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Adalah Media Online Yang menayangkan berita terbaru di jawa tengah, berita yang kami tayangkan padat dan terpercaya, meliputi info terbaru di karesidenan pati

© 2024 Harian Muria - PT. MEDIATAMA ANUGRAH PERS

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • News
  • Seputar Jateng
  • Artikel
  • Kajian Islam
  • Majalah Digital
  • HMTV
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Box Redaksi
  • Kerjasama & Iklan

© 2024 Harian Muria - PT. MEDIATAMA ANUGRAH PERS

Exit mobile version