Harianmuria.com – Baru-baru ini tengah ramai istilah childfree atau keputusan untuk tidak memiliki anak kandung setelah menjalin pernikahan yang sempat digaungkan oleh salah satu influenzer. Pro dan kontra pun muncul lantaran sang influenzer mengaitkan khasiat tidak melahirkannya perempuan menjadi sebab untuk tetap awet muda. Lalu bagaimanakah pandangan agama Islam mengenai ini?
Agar tidak menjadi muslim yang mudah memberikan klaim atau penghakiman, perlu diketahui terlebih dahulu beragam alasan mengapada ada pasangan yang memutuskan untuk childfree. Pandangan mengenai childfree ini muncul atas beberapa alasan atau motif, mulai dari kesehatan, kesibukan, sosial, ekonomi, bahkan lingkungan.
Mengutip dari Popbela.com, alasan pasangan suami istri memilih untuk melakukan childfree yaitu karena adanya keinginan pribadi untuk tidak memiliki anak, salah satu atau kedua pasangan suami istri terlalu sibuk bekerja, kondisi lingkungan yang tidak mendukung, terkendala biaya untuk perawatan anak, permasalahan kesehatan, dan fokus merawat orang lain.
Kemudian alasan selanjutnya yakni lebih memilih untuk merawat anak orang lain ketimbang anak kandung, ingin terus melakukan petualangan, gaya hidup, sedang dalam waktu yang tidak memungkinkan untuk memiliki anak, dan trauma keluarga.
Adapun dalam kajian fiqih, terdapat beberapa padanan kasus terkait childfree ini. Merangkum dari NU Online, padanan kasus dari childfree ini yaitu menolak wujud anak sebelum sperma berada di rahim wanita dengan beberapa cara. Diantaranya tidak menikah sepanjang hidup, menahan diri tidak bersetubuh meskipun sudah menikah, tidak inzal atau menumpahkan sperma ke dalam rahim saat penis memasuki vagina, melakukan azl atau menumpahkan sperma di luar vagina.
Mengenai alasan-alasan di atas, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa hukum azl adalah boleh. Keadaan ini pun berlaku bagi ketiga alasan sebelumnya. Hal ini didasarkan pada pemahaman jika childfree yang dimaksud adalah mengenai potensial sebelum adanya wujud anak ataupun jabang bayi. Atau tepatnya sebelum sperma berada di rahim perempuan, sehingga hukum dari childfree ini adalah boleh.
Lantas bagaimana dengan hadist Nabi Muhammad SAW tentang anjuran menikah dan memiliki keturunan?
Mengenai hal tersebut, Imam Al-Ghazali menjawab bahwa laki-laki yang melakukan atau menjadikan wujud anak itu ada karena menumpahkan vagina di dalam rahim istrinya, maka ia dapat mendapatkan pahala berjihad fi sabilillah kemudian mati syahid. Namun, sebab dari pahala ini berlaku apabila sang ayah (laki-laki itu) berhasil atau telah menjadikan wujud anaknya menjadi sebagaimana pahala yang didapat. Sementara yang menciptakan, menghidupkan, dan menguatkan anak tersebut dalam berjihad hanyalah Allah SWT.
Pandangan Imam Al-Ghazali ini pun mendapat dukungan dari Imam Az-Zabidi. Dengan demikian, childfree pun diperbolehkan dalam agama Islam, selagi alasan tidak melakukan anak ini dilakukan dengan menghilangkan sistem reproduksi secara total. (Lingkar Network | Harianmuria.com)