PATI, Harianmuria.com – Target produksi padi 10 ton per hektare yang dicanangkan Bupati Pati Sudewo mulai menunjukkan hasil. Hal itu dibuktikan Suwarno, petani asal Desa Mangunrekso, Kecamatan Tambakromo, yang berhasil mencapai produksi tersebut setelah mengikuti bimbingan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
Camat Tambakromo Mirza Nur Hidayat membenarkan capaian tersebut. Ia menjelaskan bahwa hasil panen Suwarno diketahui melalui proses pengubinan, yakni metode pengambilan sampel hasil panen oleh PPL.
“Saat pengubinan, dari lahan pertama menghasilkan 9 ton per hektare, dan lahan kedua milik Suwarno mencapai 10,4 ton,” kata Mirza, Minggu (25/5/2025).
Menurutnya, capaian ini membuktikan bahwa lahan pertanian di wilayah Pati selatan juga subur dan mampu bersaing dengan daerah lain seperti Pati utara, selama dikelola dengan metode pertanian yang tepat.
“Ini mematahkan anggapan bahwa lahan Pati Kidul kurang subur. Dengan sentuhan ilmu pertanian dan pemupukan yang sesuai, produktivitas bisa ditingkatkan,” tegasnya.
Keberhasilan Suwarno tidak terlepas dari penerapan teknik pertanian modern yang ia pelajari dari Sunyoto, petani asal Karangwage, Kecamatan Trangkil, melalui bimbingan PPL Tambakromo. Proses pengolahan lahannya dimulai dengan merendam dan memupuk tanah selama 10 hari, agar jerami dari musim tanam (MT) sebelumnya terurai sempurna.
“Sebelum tanam, saya olah lahan 10 hari dulu. Diberi pupuk dan obat agar jerami terurai. Setelah itu baru tanam,” jelas Suwarno saat diwawancarai, Minggu (25/5/2025).
Ia menggunakan bibit unggul jenis Inpari 32 Pertiwi yang dikenal memiliki bulir panjang dan jumlah lebih banyak. Dalam satu bulir, Suwarno menghitung bisa mencapai 250 butir padi.
Suwarno menerapkan pemupukan secara bertahap. Pada tahap awal, tiga hari setelah tanam, ia memberikan campuran Urea 1 kuintal dan NPK 75 kg untuk setengah hektare lahan. Pemupukan kedua dilakukan 20 hari kemudian, dan ketiga dilakukan sebulan lebih setelah tanam dengan takaran Urea yang dikurangi.
Untuk memperkuat batang dan meningkatkan jumlah bulir, Suwarno juga menggunakan pupuk non-subsidi ZA dan KCL cair. Selain itu, penyemprotan pestisida dan fungisida dilakukan rutin setiap minggu guna mencegah serangan hama dan penyakit.
“Pestisida disemprot tiap minggu. Pertama kali setelah 10 hari. Alhamdulillah, air cukup dan gulma tidak ada,” tambahnya.
Dengan metode tersebut, hasil panen Suwarno dari setengah hektare lahannya dikalkulasikan setara dengan 10 ton per hektare, sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Pemkab Pati.
(SETYO NUGROHO – Harianmuria.com)