KUDUS, Harianmuria.com – Bulan puasa adalah bulan yang penuh rahmat ampunan dan magfirah. Sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Dalam intelektualitas Jawa mengatakan bahwa orang yang pintar itu belum tentu dia benar tetapi kalau orang yang benar sudah pasti dia pintar.
Itulah penggalan nasihat yang diungkapkan Dosen Fakultas Syariah IAIN Kudus, Mohammad Junaidi Abdillah. Ia menyebut bahwa sebagai suri teladan yang baik sebagaimana Nabi Muhammad SAW mencontohkan, maka hendaklah untuk selalu menebar kebaikan dalam keadaan apapun.
“Menukil dari Tafsir Al-Mukhtashar, sebagai orang yang beriman kepada Allah, hendaknya bertakwa dengan mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya serta berucap dengan kejujuran,” ujarnya saat ditelefon, Senin (18/4).
Pada era perkembangan zaman digital ini jika manusia memperhatikan jauh lagi di dalam sosial masyarakat, maka akan banyak melihat saat ini orang-orang lebih memandang bahwa harta adalah segalanya dan menghalalkan segala cara.
“Dengan bertawakal, seharusnya kita lebih dapat mengontrol kesabaran dan keikhlasan. Apalagi dengan ibadah puasa mengajarkan kita untuk lebih mengontrol hawa nafsu dan menjaga diri maupun sikap dan berprilaku,” paparnya
Junaidi menerangkan bahwa jika menurut Hadits Arbain, melakukan satu kebaikan khususnya di bulan Ramadan, maka akan dilipat gandakan menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kali kebaikan.
“Pengaruh budaya asing yang berkembang di negeri ini sekarang itu seperti mengajarkan bahwa dunia itu segalanya. Ini harus dikendalikan mulai dari diri sendiri bahwa sebenarnya terdapat kehidupan di akhirat kelak. Kita harus memfilter setiap informasi yang berkembang agar tidak terjerumus,” katanya.
Junaidi menyebutkan ada 4 macam tawakal, yakni bertawakal kepada makhluk, kepada harta, kepada diri sendiri dan kepada Allah SWT. Sedangkan terdapat sifat yang diwariskan Nabi Muhammad SAW yang harus diteladani umatnya.
“Isi dari empat sifat itu adalah sidik dengan berkata jujur, amanah berarti dapat dipercaya, tablig yang berarti menyampaikan dan fatanah berarti cerdas. Melalui empat hal ini kita dibenarkan untuk menjaga diri dan berhubungan sosial masyarakat yang baik sehingga lisan, hati, akal/pikiran tidak sia-sia,” jelasnya.
Dirinya pun mendoakan semoga setiap muslim dapat bersama-sama bertawakal dan terdorong untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena Allah SWT sebagai penunjuk yang benar dan senantiasa menerima taubat hamba-Nya. (Lingkar Network | Ihza Fajar – Harianmuria.com)