PATI, Harianmuria.com – Madrasah Ibtidaiyah (MI) Taris Winong siap mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar yang saat ini mulai digiatkan oleh pemerintah pusat untuk lembaga pendidikan dibawah Kementerian Agama.
Kepala MI Taris Winong Joko Siswanto menyebut, saat ini pihaknya tinggal menunggu instruksi dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati melalui Kantor Kementerian Agama (Kemenag) terkait waktu penerapan kurikulum tersebut.
Menurutnya, kurikulum merdeka belajar memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan kurikulum 2013. Keberadaan kurikulum baru ini tentu saja untuk mendorong siswa-siswi aktif di tengah era globalisasi. Sehingga perlu peremajaan metode pembelajaran.
“Kalau kami tinggal menjalankan instruksi pemerintah. Apapun itu pasti yang terbaik untuk anak didik kami. Sepintas yang saya tahu, memang merdeka belajar lebih baik daripada 2013,” kata Joko, baru-baru ini.
Pihaknya juga beberapa waktu lalu telah mengadakan pertemuan dengan Kemenag Pati untuk membahas penerapan metode belajar ini.
Kurikulum yang membebaskan siswa untuk berkreasi dan berinovasi sesuai dengan bakat inipun dalam beberapa tahun terakhir sudah ditetapkan di madrasah ibtidaiyah yang berada di Desa/Kecamatan Winong ini.
Namun, beberapa mata pelajaran yang menjadi muatan di kurikulum Merdeka Belajar ini sudah diterapkan di MI Taris Winong antara lain Marching Band, Khotmil Qur’an, Rebana, Pencak Silat, hingga kesenian tradisional Jawa.
Joko menyebut, bakat-bakat para siswa juga akan ditampilkan saat acara perpustakaan atau wisuda.
“Kami juga sudah menerapkan tambahan belajar untuk siswa sesuai dengan minat. Sehingga nanti siswa mempunyai skill untuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” imbuhnya.
Kendati demikian, saat ini Kemenag Pati melalui Kasi Pendidikan Madrasah, Ruhani mengaku sebatas memperbolehkan tiap madrasah untuk memilih menerapkan kurikulum merdeka atau 2013. Hal ini dilakukan, mengingat belum ada instruksi langsung dari pusat.
“Merdeka belajar memang bagus untuk siswa-siswi. Tapi kami masih menunggu instruksi. Jadi tidak madrasah kami perbolehkan memilih salah satu dari dua kurikulum itu,” jelas Ruhani. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Harianmuria.com)