KUDUS, Harianmuria.com – Sembilan ribu lebih fragmen purbakala hasil temuan di area Perbukitan Patiayam tersimpan rapi di Museum Patiayam.
Temuan fragmen purba sebanyak itu tentunya membutuhkan ruang penyimpanan. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus melakukan program pengembangan untuk Situs Patiayam.
Apalagi seiring berjalannya waktu, fragmen atau fosil hasil temuan di Situs Patiayam telah memenuhi ruang penyimpanan museum. Kondisinya bahkan mulai berjubel di lantai dua museum. Sedangkan di lantai satu hanya untuk ruang display sebagian kecil fosil yang ditaruh di dalam etalase.
“Untuk jumlah fragmen purba yang tersimpan di Situs Patiayam sampai saat ini ada sekitar 9.700 fragmen,” kata Koordinator Museum Purbakala Patiayam, Jamin.
Jamin mengatakan, ribuan fragmen itu terdiri atas fosil dari hewan yang hidup di darat, laut, dan rawa. Sedangkan yang paling ikonik yakni fosil gajah purba jenis stegodon.
Selain itu, ada pula fragmen fosil dari hewan jenis berkuku belah atau bovidae. Bahkan ada pula fosil dari moluska yang ditengarai hidup di rawa atau laut.
Temuan demi temuan di Situs Patiayam kian lengkap dengan adanya temuan fosil dari bagian tubuh manusia purba berupa tengkorak dan gigi geraham. Hanya saja, temuan untuk fosil manusia purba tersebut belum bisa diidentifikasi jenisnya.
“Perkiraan fragmen-fragmen yang ditemukan di Situs Patiayam dulu hidup antara 700 ribu sampai 1,5 juta tahun yang lalu,” ungkapnya.
Dalam perjalanannya, Situs Purbakala Patiayam sempat menemui pasang surut. Pada 2014, fragmen yang sudah ada hanya disimpan di sebuah bangunan bernama rumah fosil. Hingga 2019, status pengajuan rumah fosil ditingkatkan menjadi museum.
Akhirnya usaha itu membuahkan hasil, pada 2020 secara resmi Kemendikbud lewat secarik keputusan menaikkan status rumah fosil menjadi Museum Patiayam.
Kini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus tengah gencar-gencarnya melakukan pengembangan museum dengan menambah bangunan baru di samping museum dengan bentuk yang serupa. Sehingga nantinya bentuk dari bangunan yang lama dan baru bentuknya kembar saling berdampingan.
Sementara alokasi pembangunan museum yang baru itu mencapai Rp 2 miliar. Namun anggaran tersebut dikira masih kurang, sebab ada banyak peranti yang harus dipenuhi agar Patiayam memang benar-benar representatif sebagai wahana edukasi bagi generasi kiwari.
Sedangkan untuk saat ini, menurut Jamin, sarana yang memang harus dilengkapi yaitu alat pelindung diri, laboratorium, serta perangkat audio visual sebagai alat penunjang dalam menyajikan kronologis kehidupan purba beserta temuan-temuan yang ada di Patiayam.
Di sisi lain, sumber daya manusia yang sehari-hari bertugas di Patiayam terbilang belum memadai. Pasalnya, selama ini setiap ada laporan temuan fragmen atau fosil dari warga, pihak museum Patiayam masih melibatkan petugas dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.
Dengan demikian, Pemkab Kudus berkomitmen untuk memenuhi segala kekurangan tersebut dengan menyiapkan anggaran khusus pengembangan museum Patiayam. Selagi tidak ada permasalahan penganggaran, seperti penanganan inflasi. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Harianmuria.com)