KUDUS, Harianmuria.com – Tengkes atau stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang. Hal ini pun kemudian mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak.
Apabila tidak ditangani secara tuntas, masalah stunting ini tidak hanya mengganggu generasi sekarang tetapi juga bisa mempengaruhi perjalanan generasi penerus bangsa Indonesia dalam mencapai visi Indonesia Emas Tahun 2045.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah pusat berupaya secara gigih agar kasus stunting di Kota Kretek bisa terus menurun. Upaya itu dimulai dari adanya Keputusan Bupati Kudus Nomor 440/155/2022 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus Andini Aridewi melalui Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Nuryanto menyampaikan, percepatan penanganan stunting harus dilakukan mulai dari hulu ke hilir. Pasalnya, penanganan stunting harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi dengan berbagai lintas sektoral.
“Untuk mempercepat penanganan stunting kami mengajak berbagai pihak lintas sektoral untuk ikut berkolaborasi,” ujarnya.
Berbagai langkah konkret pun dilakukan untuk mempercepat penanganan stunting di Kabupaten Kudus. Di antaranya mulai dari pemantauan terhadap anak-anak yang mengalami stunting di wilayah setempat.
“Jika memang ada anak yang mengalami stunting itu memang harus dirujuk ke rumah sakit. Kami juga melakukan pemantauan rutin untuk melihat perkembangannya dan memberikan Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) bagi anak yang mengalami stunting,” paparnya.
Kemudian, pihaknya juga membuat program aksi bergizi ke Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Dalam upaya mencegah terjadinya stunting sejak dini, DKK Kudus memberikan edukasi pentingnya mengkonsumsi tablet tambah darah bagi para calon ibu tersebut.
Ia menjelaskan, konsumsi tablet tambah darah bagi remaja perempuan mampu menekan risiko terjadinya kurang energi kronis (KEK) pada tubuh. Kondisi KEK sendiri ditandai dengan lingkar lengan yang kurang dari 23,5 sentimeter.
“Yang mana, akibat dari KEK tersebut bisa menjadi salah satu faktor munculnya kelahiran bayi yang stunting. Sehingga peran calon ibu sejak remaja perlu dijaga,” imbuhnya.
Oleh karena itu, DKK Kudus menyasar ke sekolah-sekolah untuk memberikan sosialisasi mengenai pencegahan stunting ini. Pihaknya juga memberikan tablet tambah darah secara gratis.
Selain itu, pencegahan stunting juga bisa dilakukan dengan rutin memberikan edukasi pentingnya sarapan bergizi bagi remaja putri. Kemudian, Nuryanto juga mengimbau agar remaja putri bisa selalu aktif bergerak.
“Minimal harus melakukan aktivitas selama 30 menit. Bisa dengan kegiatan olahraga di sekolah atau bebersih rumah,” sebutnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa penyebab utama stunting adalah karena kesalahan pola asuh. Oleh karena itu, kata dia, perlu ada keterlibatan berbagai pihak untuk mengedukasi pentingnya pola asuh yang tepat, mulai dari petugas kesehatan, petugas di pemerintahan desa hingga seluruh masyarakat.
“Lingkungan setempat itu juga bisa ikut membantu untuk menerangkan mengenai pola asuh yang tepat ini,” ucapnya.
Nuryanto menyampaikan, pola asuh yang tepat untuk mencegah bayi mengalami stunting yaitu dengan memberikan ASI (air susu ibu) secara eksklusif. Lalu, ibu juga harus rutin mengkonsumsi makanan bergizi, khususnya yang mengandung vitamin dan protein hewani.
“Kalau anak sudah bisa diberi makanan pengganti ASI juga harus dicukupi kebutuhan vitamin dan protein hewaninya. Itu paling penting,” tegasnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Harianmuria.com)