JEPARA, Harianmuria.com – Kerusakan pantai Bondo di blok Kropak sepanjang hampir 1,2 km membuat masyarakat sekitar risau. Pasalnya, bagian pantai perlahan berkurang dan air laut kian menggenangi bagian pesisir.
Tokoh masyarakat dukuh Margokerto Desa Bondo Kecamatan Bangsri Jepara, Sudi Siswanto (57) mengatakan kerusakan pantai bukan semata-mata akibat rob yang terjadi bulan Juli dan Agustus lalu. Ia menyebut kerusakan itu disebabka oleh abrasi pantai pada 10 tahun terakhir yang menyebabkan berubahnya bibir pantai menjadi lautan.
“Sejak 10 tahun terakhir ini telah terjadi abrasi yang terus menerus. Paling tidak 30 meter lebih tanah yang telah berubah menjadi lautan sepanjang 1 km lebih,” tuturnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Nuriharjo (55) petani sekaligus Ketua RW di dukuh Margokerto, ia khawatir apabila tidak segera dilakukan perbaikan, maka air laut akan terus masuk ke areal sawah pada musim penghujan nanti yang berakibat terjadinya gelombang tinggi dan juga saat rob.
“Yang membahayakan, jika air laut sudah sampai pemukiman, dikawatirkan saat kemarau tiba akan terjadi intrusi air laut yang masuk ke sumur penduduk,” ujarnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jepara Junarso berinisiatif mengecek langsung kawasan yang dimaksud tersebut. Dirinya pun merasa prihatin dengan kondisi pantai Bondo.
Lantas Politisi dari Partai PDI Perjuangan ini meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B untuk segera melakukan koordinasi.
“Dari keterangan warga setempat kerusakan diduga juga akibat dampak perubahan arus gelombang yang ditimbulkan karena pembangunan PLTU Tanjung Jati B. Bukan semata-mata karena rob. Oleh karena itu, penggunaan dana CSR PLTU Tanjung Jati B sangat relevan,” ujar Junarso saat mengunjungi lokasi di blok Kropak Dukuh Margokerto Desa Bondo Kecamatan Bangsri Jepara baru-baru ini.
Menurut Junarso, lokasi kerusakan yang terjadi di dekat PLTU Tanjung Jati B itu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Sebab yang akan dirugikan adalah warga sekitar dan juga kerusakan lingkungan.
Mengingat kerusakan pantai tersebut bukan hanya membuat areal pertanian seluas 100 hektar menjadi puso, tetapi lingkungan pemukiman penduduk juga akan terancam.
“Karena itu, bibir pantai yang ambrol sepanjang kurang lebih 150 meter, sementara sekitar 1.000 meter kondisi pantai sangat-sangat kritis. Harusnya, dengan kondisi seperti ini cepat ditangani sebelum musim penghujan tiba sebab jika tidak segera ditangani bisa berakibat rob masuk dan menggenangi areal persawahan karena tidak ada lagi pembatas,” terangnya.
Ia berjanji akan segera menyampaikan hasil kunjungan dan keluhan warga ini kepada Pj Bupati Jepara.
“Harapan kami, segera ada tindak lanjut untuk perbaikan,” pungkas Junarso. (Lingkar Network | Muslichul Basid – Harianmuria.com)