KUDUS, Harianmuria.com – Para pengusaha susu sapi di Kabupaten Kudus mengeluhkan adanya dampak pembatasan kuota industri pengolah susu (IPS). Pasalnya, kebijakan ini dinilai menyebabkan banyak pasokan susu lokal tidak terserap, meskipun kebutuhan nasional masih bergantung pada impor hingga 80 persen.
Owner Susu Moeria, Feliciana Nathali Yuwono menjelaskan bahwa situasi ini telah berdampak buruk bagi peternak susu lokal selama lebih dari setahun.
“Ironisnya, di tengah tingginya impor susu yang begitu mudah masuk tanpa hambatan, susu lokal justru sulit diterima oleh IPS. Padahal, susu dari peternak lokal hanya menyumbang 20 persen kebutuhan nasional,” ujarnya.
Akibatnya, susu yang tidak terjual terpaksa dibuang karena masa simpannya yang terbatas hanya tujuh hari, meskipun sudah disimpan dalam suhu dingin.
Feliciana menambahkan bahwa pembatasan ini sangat merugikan peternak yang bergantung pada koperasi unit desa (KUD) untuk menyalurkan susu mereka.
“Skemanya, peternak menyetor susu ke KUD, lalu diteruskan ke IPS. Tapi sekarang banyak susu yang mandek di KUD karena tidak diterima industri. Peternaklah yang akhirnya menanggung kerugiannya,” jelasnya.
Sebagai bentuk protes, beberapa peternak bahkan membuang susu mereka ke sungai. Feliciana menyarankan agar pemerintah memberikan perlindungan lebih terhadap susu lokal, seperti menetapkan kuota khusus atau memperkuat industri pengolahan lokal.
Pihaknya berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret agar produk susu lokal tidak semakin terpinggirkan di tengah derasnya arus impor.
“Seharusnya situasi ini bisa menjadi peluang untuk memberdayakan peternak kecil dan mengembangkan industri lokal. Tapi, dengan regulasi yang ada saat ini, justru semakin sulit bagi mereka untuk bertahan,” tukasnya.(Lingkar Network | Nisa Hafizhotus S – Harianmuria.com)