BLORA, Harianmuria.com – Desa Ngampel, Kecamatan/Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menciptakan terobosan luar biasa dengan mengubah sampah menjadi tabungan emas bagi warganya. Melalui program pengelolaan sampah berbasis ekonomi, masyarakat kini bisa menabung emas dari hasil memilah sampah rumah tangga yang nilai totalnya telah mencapai puluhan juta rupiah.
Kepala Desa Ngampel, Mohamad Astiadi Maryanto, menjelaskan bahwa program tersebut sudah berjalan sejak tahun 2022 dan berhasil mengumpulkan tabungan emas warga senilai hampir Rp50 juta atau sekitar 25 gram emas.
“Kami memiliki bank sampah. Dari situ muncul ide untuk mengonversi nilai sampah menjadi tabungan emas. Kini warga bisa menabung dari limbah yang dulunya tak berguna,” ungkap Astiadi, Minggu, 13 Juli 2025.
Cara Kerja Program ‘Sampah Jadi Emas’
Program ini melibatkan pemilahan sampah menjadi dua kategori: sampah anorganik dan sampah organik. Sampah anorganik seperti plastik, kardus, kaleng, dan logam dikumpulkan, ditimbang, lalu dijual. Hasilnya dikonversi menjadi tabungan emas melalui Pegadaian.
“Sampah organik seperti sisa makanan dan daun kering diolah menjadi pupuk kompos yang dipasarkan hingga luar daerah, seperti Rembang dan Pati,” kata Astiadi.
Masyarakat mengumpulkan sampah dari rumah masing-masing. Jika lokasi rumah terlalu jauh, pengelola siap melakukan penjemputan langsung. Proses pencatatan dilakukan secara transparan, dan update saldo tabungan rutin dibagikan melalui grup WhatsApp.
“Warga bebas memilih, bisa mencairkan hasilnya dalam bentuk uang tunai atau disimpan sebagai tabungan emas. Namun pencairan hanya bisa dilakukan minimal setelah mencapai dua gram,” jelas Astiadi.
Program ini terbukti memberi dampak ganda: menjaga kebersihan lingkungan sekaligus mendorong investasi produktif. Astiadi mencontohkan bahwa sejak awal kerja sama dengan Pegadaian, harga emas telah naik signifikan.
“Dulu harga emas sekitar Rp900 ribu per gram, sekarang hampir Rp2 juta. Ini jauh lebih menguntungkan dibanding belanja barang konsumtif,” ujarnya.
Untuk sampah residu seperti pembalut dan popok, Pemdes menyediakan kontainer khusus yang dikelola secara profesional. Sampah jenis ini dikumpulkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Blora setiap bulan, guna mencegah pencemaran lingkungan.
Pemerintah dan DPRD Apresiasi Inovasi Desa Ngampel
Kepala Bidang Pemberdayaan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Blora, Sukiran, menyebut Desa Ngampel sebagai contoh sukses pengelolaan bank sampah dan BUMDes.
“Saya hadir dalam rapat tahunan mereka. Modal BUMDes sekarang mencapai Rp8 miliar. Pengelolaan sangat transparan dan didukung penuh ibu-ibu PKK,” jelasnya.
Pupuk organik hasil olahan bahkan sudah menembus pasar luar daerah, membuktikan nilai ekonomis dari pengelolaan sampah secara profesional.
Wakil Ketua DPRD Blora, Siswanto, juga memuji program ini sebagai langkah visioner dan layak direplikasi di desa lain.
“Ini keren. Sampah yang biasanya dianggap tidak berguna, di sini justru jadi aset. Tapi manajemen dan pemasaran harus terus ditingkatkan agar program ini bisa berkembang lebih besar,” ucapnya.
Ia menekankan pentingnya kerja sama antar desa dan perluasan pasar untuk pupuk dan produk turunan dari program ini. “BUMDes harus berpikir layaknya unit bisnis. Kalau produk seperti pupuk bisa dijual ke desa lain, kenapa tidak?” pungkasnya.
(EKO WICAKSONO – Harianmuria.com)