BLORA, Harianmuria.com – Tingginya angka anak tidak sekolah (ATS) di Kabupaten Blora menjadi perhatian serius, terutama karena sekitar 30 persen di antaranya merupakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora menilai keberadaan Sekolah Luar Biasa (SLB) tambahan menjadi solusi mendesak untuk mengatasi persoalan tersebut.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan (Disdik) Blora, jumlah ATS pada tahun 2025 tercatat mencapai 3.769 anak, dan sekitar 1.100 di antaranya adalah ABK.
“Anak berkebutuhan khusus memiliki keterbatasan dalam mengakses pendidikan formal biasa. SLB menjadi kebutuhan yang tak bisa ditunda,” ujar Sekretaris Disdik Blora, Nuril Huda, dalam keterangan tertulis, Minggu, 13 Juli 2025.
Meskipun pembangunan SLB merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemkab Blora telah mengajukan usulan pendirian SLB negeri baru, salah satunya di Kecamatan Kunduran.
“Penyebaran SLB swasta memang sudah cukup, tetapi SLB negeri masih sangat terbatas. Kami dorong penambahan agar akses pendidikan inklusif lebih merata,” jelas Nuril.
Saat ini, SLB negeri di Blora hanya ada di beberapa kecamatan, yaitu Blora Kota, Cepu, Randublatung, Banjarejo, dan Ngawen. Sedangkan kecamatan lainnya belum memiliki fasilitas SLB, yang membuat banyak ABK kesulitan menempuh pendidikan karena jarak tempuh yang jauh.
SLB di Tiap Kecamatan, Harapan Masa Depan ABK
Menurut Nuril, idealnya setiap kecamatan memiliki minimal satu SLB, agar ABK tidak harus melakukan perjalanan jauh yang melelahkan dan sering kali tidak memungkinkan.
“Anak Berkebutuhan Khusus tidak bisa dipaksa menempuh jarak jauh setiap hari. Pendidikan inklusif harus hadir di dekat rumah mereka,” tambahnya.
Ia optimistis bahwa jika fasilitas pendidikan khusus tersedia di seluruh kecamatan, maka jumlah ATS dari kalangan ABK dapat ditekan secara signifikan, sekaligus menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif di Blora.
(EKO WICAKSONO – Harianmuria.com)