BLORA, Harianmuria.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora kembali melanjutkan Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) ke tahap kedua. Kali ini, program peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) desa tersebut menargetkan 500 peserta dari kalangan perangkat desa.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Blora, Yayuk Windarti, menyampaikan bahwa pihaknya tengah berkoordinasi dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk memastikan kesiapan anggaran dan kelancaran pelaksanaan program.
“Kami masih berkoordinasi dengan TAPD agar RPL tahap dua berjalan lancar,” ujar Yayuk pada Jumat, 27 Juni 2025.
Program RPL merupakan kolaborasi antara Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dengan Universitas Negeri Semarang (Unnes), yang memungkinkan perangkat desa untuk kuliah jenjang S1 selama empat semester sambil tetap menjalankan tugasnya.
“Program ini khusus difokuskan pada jurusan Ilmu Pemerintahan, dengan pilihan 17 mata kuliah yang relevan dengan kebutuhan pemerintahan desa,” kata Yayuk.
Dinas PMD Blora telah berkoordinasi dengan Kemendes dan Unnes dalam rangka evaluasi pelaksanaan tahap pertama dan penyusunan perjanjian kerja sama (PKS) untuk tahap kedua. Beberapa penyesuaian juga tengah disiapkan, seperti revisi nomenklatur program, teknis pelaksanaan, hingga besaran subsidi pembiayaan.
“PKS yang baru akan menyesuaikan kondisi terbaru, termasuk revisi Peraturan Bupati,” tuturnya.
Baca juga: Program RPL di Blora Masuki Tahap Akhir, Tingkatkan Kualitas Perangkat Desa
Yayuk menambahkan, RPL merupakan salah satu program strategis Bupati Blora dalam meningkatkan kapasitas dan kinerja aparatur desa. “Peningkatan SDM sangat diperlukan agar pemerintahan desa bisa lebih optimal,” imbuhnya.
Sebagai informasi, pada tahap pertama, RPL diikuti oleh 260 peserta. Saat ini, mereka tengah menjalani ujian akhir sebagai syarat kelulusan. Setiap peserta diwajibkan menyusun kajian ilmiah terkait permasalahan di desanya masing-masing, sekaligus menawarkan solusi berbasis akademik.
“Harapannya, akan lahir 260 solusi dari 260 permasalahan desa melalui pendekatan ilmiah,” pungkas Yayuk.
(EKO WICAKSONO – Harianmuria.com)