KAB.SEMARANG, Harianmuria.com – Menjelang Hari Jadi ke-504 Kabupaten Semarang, berbagai ritual kegiatan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang. Salah satunya Jamasan Pusaka yang digelar di Pendapa Rumah Dinas Bupati Semarang, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jumat (14/2) sore.
Sebelum Jamasan Pusaka, dilakukan terlebih dahulu prosesi Susuk Wangan. Prosesi ini untuk mengambil air dari berbagai sumber mata air di 208 desa yang tersebar di 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang.
Kemudian, air yang sudah dikumpulkan dan disimpan di dalam kendi-kendi itu diarak pada prosesi Kirab Merti Bumi Serasi. Prosesi dilanjutkan dengan Loh Tinampi Tirta Perwita Sari atau Tirta Perwita Suci yang diterima Bupati dan Wakil Bupati Semarang serta Forkompimda di Pendapa Rumah Dinas Bupati Semarang.
Pada prosesi Jamasan Pusaka itu juga dilakukan siram kedaton atau menyiram halaman Pendapa Rumah Dinas Bupati Semarang serta menyapu halaman itu dengan menggunakan sapu lidi.
Juru Jamas Sutikno menjelaskan, ada beberapa jenis pusaka yang dijamas pada prosesi ritual kebudayaan itu, terutamanya pusaka peninggalan Kiai Ageng Pandanaran I dan Kiai Ageng Pandanaran II yang dulunya juga merupakan Bupati Semarang pertama.
“(Yang dijamas) di antaranya ada tiga tombak, termasuk Tombak Trisula. Kemudian ada tiga pusaka lagi berupa keris. Ada lagi yang seharusnya ikut dijamas tapi tidak bisa karena belum dikembalikan ke Kabupaten Semarang oleh peminjamnya dulu,” ungkapnya.
Menurut Sutikno, pusaka-pusaka yang dijamas itu memiliki simbol pengetahuan, yang wajib diketahui oleh generasi muda saat ini.
“Di antaranya simbol pengetahuan secara pribadi dan pengetahuan secara umum, terutama simbol pengetahuan kepemimpinan. Sebab, dari sebilah keris ini ada sebuah pamor, dan pamor adalah bentuk ungkapan dari pemiliknya ketika ia bertemu dengan empu kerisnya dulu,” jelasnya.
Pusaka-pusaka yang dijamas dilakukan dengan cara disiram dengan menggunakan air dari sumber mata air di 208 desa di Kabupaten Semarang. Usai dijamas, semua pusaka itu disimpan kembali di dalam ruangan khusus yang ada di dalam Rumah Dinas Bupati Semarang.
Bupati Semarang Ngesti Nugraha mengungkapkan, Jamasan Pusaka ini bagian dari rangkaian acara Hari Jadi ke-504 Kabupaten Semarang. Sebelumnya, prosesi rangkaian kegiatan lainnya juga dilakukan, antara lain ziarah ke makam Kiai Ageng Pandanaran I dan di makam Kiai Ageng Pandanaran II.
“Selain itu juga ada Napak Tilas di Rumah Bupati Semarang sementara saat itu, karena adanya Agresi Militer II di tahun 1947, yang ada di Dusun Paseban, Desa Pager, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang,” kata Ngesti Nugraha.
Di prosesi tersebut juga dilakukan kegiatan Wilujengan atau doa lintas agama yang dilakukan oleh para pemuka dari masing-masing agama di Indonesia.
Ngesti menambahkan, bertepatan dengan Hari Jadi ke-504 Kabupaten Semarang pada 15 Maret 2025, akan dilaksanakan upacara di Alun-Alun Bung Karno, Ungaran dan dilanjutkan dengan Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Semarang. Setelah itu, lanjutnya, untuk kegiatan-kegiatan yang lain akan dilaksanakan setelah perayaan Idulfitri 1446 H secara sederhana.
(HESTY IMANIAR/Harianmuria.com)