BLORA, Harianmuria.com – Keselamatan di perlintasan kereta api di Kabupaten Blora menjadi sorotan. Dari total 28 perlintasan sebidang, sebanyak 19 titik tidak memiliki penjaga, sehingga rawan terjadi kecelakaan.
“Di Blora memang tidak ada perlintasan ilegal, tapi yang tanpa penjaga ada 19. Ini tetap berisiko tinggi,” kata Manajer Humas KAI Daop 4 Semarang, Franoto Wibowo, Senin, 16 Juni 2025.
Kondisi tersebut menjadi bagian dari masalah lebih besar di wilayah Daop 4 Semarang, yang membawahi 376 perlintasan. Sejak Januari hingga Mei 2025, KAI telah menutup atau menyempitkan 13 perlintasan liar dan rawan kecelakaan.
Langkah ini dilakukan bersama pemerintah daerah untuk mengurangi risiko kecelakaan. Selain itu, KAI juga memasang spanduk peringatan di berbagai titik dengan pesan keselamatan, seperti imbauan berhenti, tengok kiri-kanan, dan mendahulukan perjalanan kereta api.
Data KAI menunjukkan bahwa selama enam tahun terkahir (2019–Mei 2025), terjadi 153 kecelakaan di perlintasan sebidang wilayah Daop 4. Sebanyak 105 kejadian terjadi di perlintasan tanpa penjaga, jauh lebih tinggi dibanding 48 kejadian di perlintasan yang dijaga.
“Ini membuktikan betapa pentingnya kehadiran penjaga perlintasan untuk mencegah kecelakaan,” tegas Franoto.
Kecelakaan tersebut melibatkan 87 mobil dan 66 sepeda motor, dan mengakibatkan 139 korban: 74 meninggal dunia, 32 luka berat, dan 33 luka ringan. Selain itu, hingga Juni 2025, tercatat 90 kasus orang tertemper kereta api, banyak di antaranya disebabkan oleh kelalaian seperti penggunaan gawai saat melintas.
KAI Daop 4 menekankan bahwa tidak semua masalah bisa diselesaikan hanya dengan infrastruktur. Kesadaran pengguna jalan memegang peran penting dalam mencegah kecelakaan.
“Perlintasan sebidang adalah tanggung jawab bersama. Mari jaga keselamatan dengan disiplin berlalu lintas,” pungkas Franoto.
(EKO WICAKSONO – Harianmuria.com)