REMBANG, Harianmuria.com – Pada saat Focus Group Discussion (FGD) dampak kenaikan BBM dan pengendalian inflasi di aula lantai 4 Gedung Setda Rembang, kelompok nelayan Desa Pandean Kecamatan Rembang meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang untuk membantu mengintervensi harga rajungan.
Perwakilan kelompok nelayan Desa Pandean, Supar menyampaikan, sebelum harga BBM naik, harga rajungan bisa menyentuh Rp 150 ribu per kilogram. Namun, beberapa bulan belakangan ini harga rajungan anjlok menjadi Rp. 40 ribu per kilogram. Keadaan tersebut dirasanya sangat berat bagi para nelayan rajungan. Apalagi saat ini ditambah harga BBM mengalami kenaikan, tentu posisi para nelayan seperti sudah jatuh tertimpa tangga.
“Sekarang harga rajungan Rp 40 ribu tapi harga BBM naik. Padahal, kita setiap hari operasi pakai solar banyak. Sedangkan hasil penangkapan di laut tidak semaksimal yang kita inginkan seperti dulu,” terangnya.
Untuk itu, Supar berharap Pemkab Rembang melakukan tindakan agar harga rajungan bisa kembali normal. Sebab, pasca kenaikan harga BBM banyak nelayan mengaku keberatan dalam mengeluarkan modal untuk membeli solar ketika melaut.
“Saya mohon dengan sangat khususnya pemerintah Kabupaten Rembang. Tolong pemerintah ikut andil bagaimana harga rajungan bisa naik,” ucapnya.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Rembang, Fahrudin mengatakan para nelayan khususnya nelayan kecil dengan ukuran kapal di bawah 5 GT tetap akan diberikan fasilitas bantuan terkait subsidi.
“Jadi operasional terkait agendanya adalah subsidi, bukan bantuan tapi subsidi terkait masalah BBM,” kata dia.
Dalam waktu dekat, lanjut Fahrudin, Pemkab Rembang akan merumuskan mekanisme penyaluran subsidi kepada para nelayan. Mekanisme itu dibuat agar bantuan subsidi yang diberikan dapat tepat sasaran.
“Nanti kita akan melakukan perhitungan dan mekanisme bagaimana cara untuk menyampaikan subsidi ini biar sampai sasaran sesuai yang diharapkan pemerintah,” ujarnya.
Ia menargetkan pendataan bagi nelayan yang akan menerima bantuan bakal selesai di bulan September ini. Menurutnya adanya kenaikan BBM ini sangat berdampak sekali pada para nelayan kecil yang harus berangkat melaut setiap harinya.
“Dalam hal ini bagi nelayan sangat berdampak sekali, karena 70-80 persen itu biaya operasional dari BBM,” pungkasnya. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Harianmuria.com)