Permainan Tapak Gunung Sebagai Pengasah Gerak Lokomotor Anak

Ramin, S. Pd, Guru Penjasorkes SDN Karangwono 02, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati. (Istimewa/Harianmuria.com)

Ramin, S. Pd, Guru Penjasorkes SDN Karangwono 02, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati. (Istimewa/Harianmuria.com)

Oleh : Ramin, S. Pd, Guru Penjasorkes SDN Karangwono 02, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati

KETERAMPILAN anak dapat semakin berkembang apabila aspek-aspek gerak dasarnya dikembangkan sejak awal, yang mencakup gerak lokomotor, gerak nonlokomotor, dan gerak manipulatif.

Gerak lokomotor (Budi Hardjo dkk, 2021) merupakan kemampuan anak untuk memindahkan tubuhnya dari satu tempat ke tempat lainnya, serta mengangkat tubuh ke atas seperti loncat dan lompat, berjalan, berlari, meluncur, merayap, dan lain sebagainya.

Namun terkadang anak sulit untuk mengikuti gerakan yang diperagakan oleh guru. Hal inilah yang membuat anak malas untuk berolahraga dan malas untuk melatih gerak motorik dan jasmaninya. Padahal olahraga bukan hanya sebatas memfungsikan otot tubuh agar bergerak. Menurut Bella Elvina, dkk (2013), olahraga juga melatih intelegensi anak dalam bertindak.

Kombinasi gerakan meloncat dan melompat menjadi salah satu olahraga ringan yang dapat dilakukan oleh anak-anak. Namun akan lebih menyenangkan lagi apabila kombinasi dua gerakan tersebut disajikan dalam sebuah permainan tapak gunung.

Guru dapat menyiapkan beberapa alat untuk menunjang pembelajaran ini. Contohnya adalah dengan menyediakan bola-bola dan ember kecil dengan warna yang sama, seperti ember biru dan bola biru, ember kuning dan bola kuning, serta bola merah dan ember merah. Selain itu, sediakan kapur putih untuk menggambar tapak gunung dan stopwatch.

Permainan ini memiliki beberapa tujuan. Diantaranya (1) siswa dapat memahami prosedur gerak dasar lokomotor melompat dan meloncat ke berbagai arah, (2) siswa dapat mempraktikkan gerak lokomotor melompat dan meloncat dalam permainan sederhana atau tradisional.

Sebelum memainkan permainan ini, ajak anak-anak untuk melakukan pemanasan dan berdoa terlebih dahulu. Dan yang tak kalah pentingnya, bukan namanya permainan jika tidak memiliki lawan. Anak-anak didik yang ada di kelas dapat dibagi ke dalam dua regu saling berlawanan.

Cara memainkannya, guru terlebih dahulu menunjukkan bagaimana cara melompati tapak gunung seperti biasa. Kemudian bola-bola yang berwarna-warni tadi diletakkan pada bagian kepala tapak gunung, sementara embernya ditaruh dibagian kaki atau start.

Pada saat inilah anak akan diminta untuk mencocokkan warna bola dengan ember sebagai wadahnya. Meskipun terlihat sederhana, namun permainan ini akan semakin seru apabila dimainkan dengan cara ditandingkan.

Regu A dan B dapat saling beradu kecepatan ketika mencocokkan masing-masing pasangan warna bola dengan embernya. Pemenang dari permainan ini adalah dialah anak yang mampu mencocokkan warna bola dan embernya dengan waktu tersingkat.

Kesimpulannya, permainan tapak gunung ini selain melatih gerak lokomotor anak juga dapat mengasah daya ingat dan fokus. Sebab apabila anak tidak fokus maka ia dapat salah memasukkan bola ke dalam ember yang berbeda warna.

Tidak hanya itu, permainan ini pun dapat melatih keseimbangan anak. Mengingat pertandingan yang digunakan menggunakan sistem siapa paling cepat, maka keseimbangan tubuh menjadi hal paling utama dalam permainan ini. Bahkan kelincahan anak pun secara tidak langsung dapat semakin terasah, terlebih  saat mendekati detik-detik terakhir penghitungan.

Exit mobile version