KUDUS, Harianmuria.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus mengalokasikan anggaran sebesar Rp6 miliar dalam APBD Perubahan 2025 untuk pengadaan alat pengolah sampah berteknologi Refuse Derived Fuel (RDF). Pengadaan alat ini menjadi langkah strategis dalam menangani permasalahan sampah sekaligus menghasilkan energi alternatif ramah lingkungan.
Penggunaan teknologi RDF di Kudus merupakan bagian dari kerja sama Pemkab Kudus dengan PT Semen Gresik, sebagai upaya mengurangi volume sampah anorganik dan mengolahnya menjadi bahan bakar alternatif untuk proses produksi semen.
“Total anggaran sekitar Rp6 miliar, termasuk pengadaan alat RDF dan pembangunan sarana pendukung di TPA Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo,” ujar Kepala Dinas PKPLH Kudus, Abdul Halil, Sabtu, 12 Juli 2025.
Teknologi RDF untuk Sampah Anorganik
Teknologi RDF akan diterapkan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Tanjungrejo, dengan kapasitas pengolahan sekitar 20–30 ton sampah anorganik per hari. Hal ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang terhadap persoalan penumpukan sampah di Kudus.
Teknologi tersebut menggunakan metode pengolahan sampah yang menghasilkan bahan bakar padat dari limbah yang tidak dapat didaur ulang secara langsung. Bahan bakar tersebut akan digunakan oleh PT Semen Gresik dalam proses produksi sebagai energi alternatif.
Kolaborasi dengan Dunia Industri
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris dan perwakilan PT Semen Gresik, pada Kamis, 10 Juli 2025, di Pendapa Kabupaten Kudus. Pemkab Kudus juga menggandeng PT Pura dalam penyediaan alat teknologi RDF.
“Begitu APBD Perubahan 2025 disahkan, kami langsung proses pembelian dan pembangunan sarpras. Harapannya bisa segera dioperasikan,” jelas Halil.
Komitmen Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
Dengan penerapan sistem RDF, Pemkab Kudus menunjukkan komitmen terhadap pengelolaan sampah yang modern dan berkelanjutan. Langkah ini juga membuka peluang baru dalam pengembangan energi terbarukan dari limbah serta peningkatan kerja sama lintas sektor.
“Kami optimistis teknologi ini bisa menekan volume sampah anorganik secara signifikan dan menjadi solusi jangka panjang,” pungkas Halil.
(LINGKAR NETWORK – Harianmuria.com)