SEMARANG, Harianmuria.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mengakui masih lemahnya ketahanan pangan di wilayahnya. Saat ini, produksi pangan lokal hanya mampu memenuhi sekitar 11 persen kebutuhan beras, sementara pasokan lauk pauk seperti daging dan ayam masih sangat tergantung pada daerah lain.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menegaskan bahwa penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi fokus utama dalam upaya memperbaiki ketahanan pangan kota.
“Kerja paling berat itu ya mengaitkan UMKM dengan ketahanan pangan. Karena kalau produksi sendiri, beras baru bisa 11 persen. Lauk seperti daging dan ayam hanya 6 sampai 8 persen,” kata Agustina usai menghadiri Musrenbang RKPD 2026 di Hotel Gumaya, Kota Semarang, Senin, 30 Juni 2025.
Agustina mengungkapkan, Pemkot Semarang tengah mencari cara agar UMKM tidak hanya fokus pada sektor kreatif, tetapi juga bisa terlibat dalam mendukung produksi dan distribusi pangan lokal.
“Bagaimana caranya industri kecil, menengah, dan kreatif bisa berkontribusi pada ketahanan pangan. Ini PR besar, tapi kalau berhasil, kita akan sangat senang,” tegasnya.
Lebih lanjut, Agustina mengatakan Pemkot mendapat instruksi dari pemerintah pusat untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi lokal di tingkat kecamatan, seperti menggelar bazar yang bisa menjadi sarana distribusi produk pangan lokal.
“Ada perintah dari Pak Menko agar kegiatan ekonomi di kecamatan dinamis kembali, seperti bazar yang bisa kita intervensi supaya masyarakat membeli dari pelaku UMKM setempat,” ujarnya.
Agustina menekankan bahwa pelaksanaan kegiatan ekonomi harus dirancang dengan baik, agar tidak sekadar seremonial, melainkan benar-benar berdampak terhadap perputaran ekonomi lokal.
“Kegiatan seperti dulu harus dievaluasi. Yang penting adalah membuat tempat ramai dan masyarakat sekitar bisa berjualan di situ,” pungkasnya.
(SYAHRIL MUADZ – Harianmuria.com)