Harianmuria.com – Tersingkirnya Sudaryono dari Pilkada Jateng merupakan strategi politik transaksional memuluskan jalan Kaesang Pangarep.
Hal itu disampaikan Guru Besar Bidang Ilmu Analisis Politik Indonesia Universitas Jenderal Soedirman, Prof Sofa Marwah.
“Barangkali arahnya memang ke mekanisme transaksional yang relatif mudah ditebak sejak pilpres,” katanya.
Prof Sofa Marwah menilai pemberian jabatan Wamentan kepada Sudaryono merupakan kompensasi.
“Jadi, kemungkinan posisi Sudaryono sudah diberikan Wamentan sebagai kompensasi tidak mencalonkan jadi Gubernur Jateng,” jelasnya.
Merujuk survei lembaga riset Indeks Data Nasional (IDN). Elektabilitas Sudaryono menempel tipis di belakang Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi
Hasil survei Ahmad Luthfi berada di posisi pertama memperoleh 13,5 persen. Sedangkan Sudaryono berada di posisi kedua dengan hasil 9,6 persen.
Data itu menunjukan Sudaryono bukan lawan remeh bagi Ahmad Luthfi. Namun dinamika politik di Pilkada Jateng sangat dinamis.
Kini Sudaryono sudah dipastikan tersingkir dari Pilgub Jateng. Di sisi lain Sudaryono sebagai Ketua DPD Gerindra Jateng nantinya juga punya peran strategis membuka jalan Kaesang bila maju.
Meski saat ini punya posisi sangat menguntungkan, Ketua Umum PSI ini tak gegabah. Ia belum juga mengambil keputusan. Masih menimang-nimang situasi.
Bahkan soal maju bersama Ahmad Luthfi di Pilkada Jateng, Kaesang justru menilai Kapolda Jateng itu lebih layak menjadi gubernur.
“Ya saya kira kita lihat balik lagi Jateng ini provinsi yang besar dan Pak Luthfi sebagai kapolda yang beliau lakukan sudah banyak khususnya di Jateng,” tandasnya. (Lingkar Network | Harianmuria.com)