PATI, Harianmuria.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi warga yang sudah lebih dari 10 hari tinggal di tengah genangan air. Tepatnya di Desa Doropayung, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Ganjar meninjau langsung dengan ditemani Pj Bupati Pati Henggar Budi Anggoro, Rabu (11/1).
Ganjar menyesalkan warga Pati yang masih kekeh untuk mengungsi dan lebih memilih dikepung air setinggi 1 meter.
“Kalau banjir ya ngungsi di posko, jangan berendam di air terus,” pinta Ganjar kepada beberapa warga yang berada di teras rumah.
Meski merasa kecewa dengan sikap korban banjir di Pati itu, tapi Ganjar tetap mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan Pemerintah Desa (Pemdes) yang dengan sigap, tanggap darurat bencana. Beberapa bantuan juga turut diberikan mulai dari logistik, obat-obatan, hingga perahu karet.
Setelah menegur salah satu warga, Ganjar lalu beralih ke dapur umum yang berada di Kantor Kecamatan Juwana untuk memastikan stok logistik dan pangan bagi warga yang terdampak banjir.
Di tengah kunjungannya di Desa Doropayung itu, Ganjar juga sempat menyinggung penanganan pascabencana, terkhusus bagi nelayan yang kapal-kapalnya disinyalir menghambat arus air ke Laut Jawa. Ganjar berjanji akan menangani dengan tepat.
“Tidak hanya normalisasi, termasuk tambatan perahu. Jika kita bisa selesaikan, kita ajak nelayan diskusi. Khusus Juwana harus kita tata betul, karena Juwana ini legend, terkenal produk perikanannya bagus, jadi sayang nanti jika terdistorsi dengan manajemen yang buruk. Ini sudah masuk menjadi obrolan saya dengan Pak Menteri,” tandasnya.
Ia menegaskan, penanganan banjir di Kecamatan Juwana harus ada solusi tepat. Di samping penyedotan limpasan air seperti yang dilakukan di Semarang, langkah selanjutnya yang harus dilakukan ialah membangun tanggul.
“Kalau seperti ini nanti kita tentukan titiknya. Kita pompa, saya ambilkan pompa darurat 2-3 truk. Tapi masalahnya ada air dari sana (barat) ya percuma. Jadi nanti ditanggul,” terang Ganjar.
Ganjar ingin instansi terkait yang dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUTR) bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) memetakan titik-titik yang nantinya akan dibangun tanggul dengan memanfaatkan dana APBD.
“Kalau diusulkan 2024 ya terlambat. Apa harus menunggu perubahan? Kita habisin saja APBD-nya, jadi ditanggul hari itu. Rp 200 juta menunggu 2024, pemerintah dimarahi rakyatnya,” tambahnya.
Mengetahui hal itu, Pelaksana Tugas (Plt) DPUTR Pati Riyoso sepakat jika ke depan dibangun tanggul di sekitar sungai Juwana.
Jika toh akan disedot seperti penanganan rob di Semarang, ia menyebut upaya yang diusulkan Ganjar tak akan berhasil dilakukan di sini.
“Terkait banjir sudah bertahun-tahun. Untuk solusi jangka pendek kita tidak ada tempat penyedot. Misal disedot juga tidak ada tempatnya, karena ini dekat dengan laut. Air ini luberan dari Bendung Wilalung. Sehingga di sini tempat pembuangan,” ujar Riyoso.
Menurutnya, Pemkab Pati sudah mencoba mencegah banjir. Salah satunya dengan normalisasi sungai Juwana. Kendati demikian, hal tersebut bukanlah solusi jangka panjang dalam penanganan banjir di Kabupaten Pati.
“Normalisasi pernah kita lakukan di 2021. Tapi jangka panjang memang kita perlu bendungan (tanggul) di beberapa titik,” tandasnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Harianmuria.com)