PATI, Harianmuria.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Sukarno menilai perbaikan jalan Juwana-Batangan janggal. Pasalnya, perbaikan jalan tersebut mengakibatkan kemacetan yang cukup parah.
Menurutnya, ada kejanggalan terkait proyek besar ini. Dirinya membandingkan perbaikan jalan pantura Semarang-Sayung yang rampung lebih cepat dari jalan Juwana-Batangan.
“Kita bandingkan di Semarang-Demak, penutupannya 2 bulan lebih dulu Juwana. kenapa pekerjaannya cepat selesai, padahal untuk kedalaman hampir sama, tapi di Batangan katanya hingga lebaran belum selesai, dan itu sangat disayangkan, karena merugikan materil dan spiritual,” kata Sukarno.
Dikatakan, untuk perbaikan jalan Pati-Batangan selama 3 tahun hanya mendapatkan 3 km, padahal di Kaligawe sekitar jalan tol Sayung hanya memerlukan waktu 1 bulan untuk perbaikan jalan sepanjang 1,5 km.
“Kalau dilihat saat membongkar cor beton yang rusak di Batangan itu beberapa hari baru diangkut, berbeda dengan yang di Kaligawe, itu langsung diangkut, sehingga jadi tanda tanya, kenapa program untuk perbaikan ruas Pantura kok lambat sekali,” heran Sukarno.
Selain itu, jalan di jalur Juwana-Batangan terakhir kali dilakukan 5 tahun yang lalu. Namun 4 tahun berlangsung sudah banyak yang retak, terutama di wilayah Kecamatan Batangan.
Sukarno menilai hal tersebut cukup aneh, mengingat sama-sama di Pantura Jawa tetapi di Juwana-Batangan ini seringkali rusak. Ia juga menyesalkan sikap dari pemerintah provinsi yang lamban dalam perbaikan ini.
“Para sopir bilang, katanya kerusakan di wilayah Jawa tengah yang paling parah itu di Batangan, beda dengan daerah lain, yang jadi pertanyaan apakah itu kualitas ataukah memang kultur tanah itu bergerak. Kalau itu memang kultur tanah, seharusnya tim teknis tahu, apalagi kerusakan sudah 5 tahun, dan sudah ada perbaikan selama 3 tahun, otomatis sudah diperbaiki tahun lalu, tapi pecah lagi,” tutupnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Harianmuria.com)