Harianmuria.com – Pada 19 Agustus 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan kasus cacar monyet atau monkeypox di temukan di wilayah DKI Jakarta. Mengutip dari Kompas.com, penyintas yang merupakan seorang lelaki berusia 27 tahun terkonfirmasi sebelumnya memiliki riwayat perjalanan luar negeri.
Penyakit yang sempat dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai penyebab dari kasus karena hubungan seksual laki-laki dengan sesama jenis (LSL) atau gay ini nyatanya juga dapat menjangkit siapapun. Meskipun demikian, banyaknya kasus cacar monyet paling banyak ditemui pada komunitas gay dan biseksual tersebut.
Sebagaimana yang telah dimuat di Webmd.com, seorang ahli penyakit menular Northwestern Medicine, Robert L. Murphy mengatakan jika cacar monyet bukanlah penyakit menular seksual, melainkan penyebarannya dapat terjadi dari kontak fisik melalui lesi atau kontak eranya saja.
Dokter umum Jakarta Timur, dr. Tania Savitri mengungkap jika cacar monyet merupakan penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh hewan (virus zoonis), kasus ini pertama kali ditemukan pada 1958 di daerah Afrika Tengah dan Barat.
Berawal dari penelitian yang dilakukan instansi kesehatan yang sengaja mengumpulkan kera untuk dipelihara di laboratorium pada 1958. Namun kasus pertama yang menjangkit manusia dimulai pada 1970 di daerah Kongo, Afika Selatan. Kasusnya pun kian meluas hingga 2022 dengan rincian sebagai berikut:
Pada 2003 ada 47 kasus di Amerika Serikat, pada 2003 ada 3 kasus di Inggris, pada 2018 ada satu kasus di Israel, pada 2019 ada 1 kasus di Singapura, dan pada 2022 ada 4 kasus di Inggris. Data ini diambil dari Centers of Diseases Control and Prevention (CDC), yang menghimpun banyaknya kasus cacar monyet menyerang manusia.
Namun kesalahpahaman tersebut terlanjur mempengaruhi masyarakat, Juru Bicara Kemenkes, Syahril mengungkap jika semua orang dapat beresiko tertular cacar monyet.
“Kita lakukan pada kelompok tertentu, tapi pada semua orang yang mempunyai risiko, pada pasien-pasien itu dan kita tidak ingin membuat pada suatu kesalahpahaman pada masyarakat,” katanya mengutip dari Halopedeka.com.
Meskipun hingga kini penyakit cacar monyet belum ditemukan pengobatannya, namun setidaknya beberapa gejala dapat diidentifikasikan. Sebagaimana yang dijelaskan Badan Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Kemenkes RI, gejalanya yaitu:
- Demam akut lebih dari 38oC
- Pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati)
- Nyeri oto (myalgia)
- Sakit punggung
- Sakit kepala
- Lesi cacar atau benjolan berisi air ataupun nanah pada seluruh tubuh
- Kelemahan tubuh (athenia)
Sebagai langkah preventif penyebaran virus ini, beberapa langkah di bawah ini dapat dilakukan agar diri sendiri dan keluarga terlindungi, yaitu
- Usahakan hindari kontak langsung dengan hewan yang tengah positif terjangkit virus terutama dari daerah awal ditemukannya cacar monyet
- Hindari juga lokasi-lokasi atau spot dimana hewan tersebut sering berkeliaran
- Pisahkan pasien yang terjangkit cacar monyet dengan pasien yang terindikasi mudah tertular
- Cuci tangan yang benar setelah terpaksa melakukan kontak fisik dengan hewan maupun manusia terinfeksi
- Kenakan alat pelindung diri (APD) setiap kali melakukan kontak fisik dengan hewan maupun manusia terinfeksi
- Masaklah daging dengan matang dan benar. (Lingkar Network | Harianmuria.com)