PATI, Harianmuria.com – Hujan yang tak kunjung turun membuat sumber air di pondok pesantren (ponpes) Madinatul Quran di Dukuh Pecangaan, Desa/Kecamatan Winong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah mulai mengering. Para santri dan pengasuh ponpes kesulitan untuk mencuci pakaian dan mengambil air wudhu untuk beribadah. Bahkan untuk mandi saja hanya sehari sekali dan tiga kali seminggu untuk mencuci pakaian.
”Air sulit. Kalau cuci baju tidak bisa sehari sekali. Jadi tiga hari sekali seminggu sekali. Untuk wudu juga sulit. Tadi pagi kami tidak bisa salat duha. Karena memang tidak ada air. Lalu mencuci baju, biasanya lancar setiap hari bisa sampai nyuci, sekarang tidak pasti,” ujar Kepala Ponpes Madinatul Quran, Muhammad Arief Hendarto, Senin, 19 Agustus 2024.
Dirinya mengungkapkan dari delapan sumur resapan yang ada di kawasan ponpes, empat diantaranya sudah kehabisan sumber air karena hujan yang tidak kunjung turun dalam beberapa bulan terakhir.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pihak ponpes terpaksa membeli tiga hingga empat tangki air bersih setiap harinya. Selain itu, ponpes juga mengandalkan bantuan air bersih dari para relawan, PMI (Palang Merah Indonesia), hingga BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah).
”Beli air tangki, sehari bisa empat kali. Harganya Rp 200 ribu per tangki. Tapi terkadang ada juga bantuan dari relawan,” kata dia.
Arief berharap musim kemarau cepat berlalu, sehingga pihaknya tidak lagi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
”Harapannya semoga kekeringan cukup selesai. Semoga dapat bantuan dari pemerintah,” tandas dia.
Sebagaimana diketahui, sejumlah wilayah di Pati selatan mulai mengalami krisis air bersih dampak dari fenomena El-Nino yang membuat musim kemarau lebih panjang dari biasanya. BPBD Pati pun gencar mendropping air bersih ke sejumlah wilayah yang membutuhkan, mulai dari Kecamatan Gabus, Tambakromo, Winong, Jakenan, Jaken, dan Pucakwangi. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Harianmuria.com)