KUDUS, Harianmuria.com – Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus menemukan dua kasus difteri pada tahun 2023. Salah satu kasus mengakibatkan satu orang meninggal dunia.
Atas temuan kasus difteri ini, DKK Kudus mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih mawas diri sendiri sebab penyakit yang sebelumnya sudah nihil mulai muncul dan menginfeksi.
Difteri merupakan infeksi pada hidung dan tenggorokan. Difteri merupakan penyakit menular yang dapat disebarkan melalui batuk, bersin, maupun luka terbuka. Sedangkan gejalanya mulai dari sakit tenggorokan hingga masalah pernapasan. Bakteri penyebab difteri dapat mengeluarkan racun yang merusak jantung, ginjal, atau otak.
Ada dua kasus di Kudus, dimana salah satu kasusnya hingga menyebabkan meninggal dunia. Hal ini menjadi peringatan, agar kasus difteri segera ditangani secara cepat, mengingat difteri tergolong penyakit menular.
Kasus pertama, menginfeksi anak usia empat tahun, yang tertular dari neneknya dari luar daerah. Sedangkan kasus kedua, menginfeksi dewasa usia 21 tahun, yang meninggal di RSUP dr. Kariadi, Semarang.
Sub Koordinator Surveilans dan Imunisasi pada DKK Kudus, Aniq Fuad, mengatakan bahwa pasien dewasa yang terkena difteri baru didapat informasinya setelah dua minggu dinyatakan meninggal dunia.
“Itupun kami diberi tahu oleh Dinas Kesehatan Provinsi, kalau warga Kudus ada yang meninggal karena positif difteri,” ujarnya.
Sementara, kasus anak usia empat tahun sudah dilakukan penelusuran, dan setelah ditelusuri ternyata tertular dari neneknya yang positif difteri. Hal ini diketahui setelah DKK Kudus melakukan pemeriksaan swab.
Aniq mengatakan, tiga tahun pemerintah fokus menangani Covid-19, sehingga untuk imunisasi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi terabaikan. Dampaknya, sekarang ini mulai muncul penyakit-penyakit tersebut.
Ditambahkan, setelah adanya kasus difteri di Kudus, pihaknya serius untuk memproteksi lewat fasilitas kesehatan (faskes) tingkat 1 yakni Puskesmas. Benar-benar mengenali secara detail gejala-gejala penyakit kejadian luar biasa (KLB).
Gejala awal yang ditimbulkan saat infeksi difteri ini penderita akan merasakan sakit tenggorokan, suara serak, batuk, pilek, muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening, menggigil, sesak napas, demam, dan penularannya melalui batuk, serta bersin.
“Jika merasakan gejala tersebut lakukan pemeriksaan ke dokter. Mengalami gejala penyakit difteri, terutama bila memiliki risiko untuk tertular,” ungkapnya.
Menurut Aniq, masyarakat juga perlu mewaspadai penyakit KLB di antaranya polio, difteri, tetanus, campak, hepatitis, batuk rejang atau batuk 1.000 hari dan lain-lain. Salah satu langkah untuk mencegah hal tersebut yakni dengan melakukan imunisasi lengkap dan lanjutan. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus. S – Koran Lingkar)