JEPARA, Harianmuria.com – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jepara Edy Sujatmiko meminta Muhammadiyah dan seluruh anggotanya khususnya di Kabupaten Jepara untuk terus membantu Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan isu-isu strategis.
Permintaan tersebut ia sampaikan ketika mewakili Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta di depan peserta Musyawarah Daerah (Musda) Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Jepara, yang berlangsung di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Mayong, Minggu (14/5).
Acara tersebut turut dihadiri Pengurus Wilayah Muhammadiyah dan Aisyiyah Provinsi Jawa Tengah, Forkopimda Kabupaten Jepara, Pelaksana Tugas Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Jepara Ary Bahtiar, sejumlah anggota DPRD, hingga pengurus dari berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas) di tingkat Kabupaten Jepara.
“Kita perlu menyelesaikan beberapa isu strategis nasional dan daerah, di antaranya stunting, anak tidak sekolah (ATS), dan kemiskinan ekstrem,” kata Edy Sujatmiko.
Ia yakin bahwa dengan adanya sinergitas antara Pemerintah Daerah dan ormas akan semakin mempermudah dalam mengentaskan sejumlah isu yang ada di Kabupaten Jepara.
“Muhammadiyah, NU, dan berbagai ormas banyak membantu pemerintah membangun masyarakat. Terima kasih,” imbuhnya.
Tak hanya itu, secara khusus Edy juga menyampaikan apresiasi atas peran Muhammadiyah di berbagai sektor yang selama ini telah membantu Pemerintah Daerah dalam menyejahterakan masyarakat.
“PKU Muhammadiyah Mayong ini misalnya, berani menjadi yang pertama merawat jenazah Covid-19. Lalu diikuti rumah sakit lain. Dalam banyak hal, darma bakti Muhammadiyah kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah luar biasa,” ujar Edy Sujatmiko.
Terkait Pemilu 2024, Edy meminta Muhammadiyah di Jepara menjadi salah satu ormas yang menolak politik identitas.
“Pilihlah kader bangsa yang baik. Jangan karena uang, tetapi kelakuan, karakternya,” pesannya.
Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah periode Muktamar 47 KH Fachrurrozi dalam pidato iftitahnya mengatakan bahwa selama 111 tahun perjalanan sejak Muhammadiyah berdiri, eksistensinya di Jepara sudah mencapai 70 tahun.
“Tahun 1953, saat pertama Muhammadiyah Jepara menggelar salat Idulfitri di lapangan, baru diikuti 30 orang. Lokasinya saat ini menjadi gedung Pramuka,” kata KH Fachrurrozi.
Kini dari 196 desa dan kelurahan di Jepara, sudah terbentuk 97 pengurus ranting. Muhammadiyah di Jepara juga memiliki 86 masjid dan 56 mushola, serta 2 rumah sakit.
“Kami juga berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja. Di PKU Muhammadiyah Mayong ini saja, jumlah tenaga kerjanya 400 orang,” tuturnya.
Sementara itu, Perwakilan Pengurus Wilayah Muhammadiyah Provinsi Jawa Tengah Jumari Al Ngluwari dalam tausiyahnya mengutip pernyataan KH Hasyim Muzadi.
“NU dan Muhammadiyah itu ibarat sepasang sandal. Harmonis dipakai dua-duanya,” ucapnya.
Ia berpesan agar sejarah perjalanan Muhammadiyah di Jepara segera ditulis, sehingga bisa dipelajari generasi yang akan datang.
Di sisi lain, Perwakilan Pengurus Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah Siti Kasiati berpesan tentang pentingnya menempatkan isu ketahanan keluarga dalam program kerja Aisyiyah.
Sedangkan Steering Committee, H Rohmat menyebutkan bahwa peserta Musda tak kurang 400 orang utusan pimpinan ranting, cabang, hingga organisasi otonom Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Kabupaten Jepara serta Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Jepara. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Harianmuria.com)