KUDUS, Harianmuria.com – Mengikuti pepatah sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit dibuktikan oleh sepasang suami istri (pasutri) dari Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Hal itu yang membawa Wagiran (68) dan Sri Purwati (59) berhasil memenuhi rukun Islam untuk ibadah haji.
Sejak 2012, pasutri asal Gondangmanis itu menyisihkan uang koin demi koin untuk tabungan haji dari jualan kerupuk.
“Seadanya uang saya kumpulin, uang-uang koin itu Rp 500-an sampai Rp 1000-an setiap harinya dari hasil berjualan dan bekerja. Kalau ada ya kumpulin kalau ga ada ya sudah,” ujar Sri Purwati.
Demi mengumpulkan koin-koin rupiah itu dia harus menaiki sepeda tuanya yang sudah berkarat untuk berkeliling menjual kerupuk, lauk-pauk ataupun jajanan pasar dari desa ke desa.
“Untung dari berjualan kerupuk yakni Rp20 ribu, itu pun kalau semua kerupuk yang di jual habis dalam sehari. Jika tidak, ya, harus menanggung kerugian apabila sudah tidak layak jual,” ungkapnya.
Sementara, sang suami Wagiran yang bekerja sebagai buruh tani menyebut upah yang dia terima juga tak stabil. Tergantung dari ada atau tidaknya pekerjaan yang harus dilakukan.
“Meski pendapatan tidak sebanyak kerja kantoran, namun tetap saya yakin dan ikhtiar dengan kondisi seperti ini dapat menunaikan ibdah di Tanah Suci,” ucapnya.
Hingga akhirnya kesabaran itu membuahkan hasil pada 2020. Pasutri di Kudus itu mendapat kabar keberangkatan haji, akan tetapi harus ditunda karena pandemi Covid-19.
Jeda dua tahun, setelah kondisi pandemi Covid-19 dirasa sudah melandai pasutri asal Gondangmanis ini resmi berangkat haji. (Lingkar Network | Ihza Fajar – Koran Lingkar)