SEMARANG, Harianmuria.com – Permasalahan harga kedelai yang menyerang Jawa Tengah merupakan kasus yang menimpa Nasional, yakni terkait kebijakan 80 persen impor dan 20 persen lokal. Menyikapi hal itu, Pemerintah harus mengadakan Swasembada Lokal.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah, Arif Sambodo. Dia mengatakan, untuk mengatasi harga impor yang sedang mahal, pemerintah sedang menyiapkan skenario.
“Jadi harga impor sudah mahal. Pemerintah Pusat sedang susun subsidi kedelai impor. Harga Rp10.600 didapatkan dari impor, sampai sini sekitar Rp11.000-an. Jauh dari harga acuan Rp6.000-an,” kata Sambodo.
DPRD Pati : Harga Kedelai Naik Sudah Ada Prediksi Sejak Tahun Lalu
Sambodo mengungkapkan, perlu adanya swasembada kedelai lokal untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sebab, meski stok kedelai banyak, namun masih terkendala harga tinggi akibat adanya impor.
“Kami perlu dari sektor hulu, ada swasembada kedelai agar kita tidak tergantung impor. Juga dalam pengolahan produksi, ukurannya atau harganya bisa disesuaikan. Tidak ada ketentuan menaikkan harga tempe dan tahu goreng. Jadi Pemerintah berpikir skema subsidi. Apakah nanti pengurangan biaya impor subsidi ke pengecer itu sedang direncanakan,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, selain komoditas minyak, kedelai turut mengalami kenaikan harga, bahkan sempat memicu aksi protes mogok produksi. Namun, para perajin tempe di Kota Semarang, Jawa Tengah, enggan melakukan aksi mogok produksi seperti yang terjadi di sejumlah daerah lain.
Kendati demikian, sejumlah cara tetap dilakukan untuk bisa menjalankan produksi di tengah-tengah kenaikan harga tersebut. Salah satunya melakukan penyesuaian ukuran tempe. Namun, masih ada sejumlah perajin yang tidak bisa melakukan apa-apa karena hanya seorang pengecer. (Lingkar Network | Adhik Kurniawan – Harianmuria.com).