Sejarah Kadilangu, Saksi Bisu Perjuangan Sunan Kalijaga Sebarkan Islam di Tanah Jawa

Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak. (M. Burhanuddin Aslam/Harianmuria.com)

Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak. (M. Burhanuddin Aslam/Harianmuria.com)

DEMAK, Harianmuria.com – Kelurahan Kadilangu, Kabupaten Demak merupakan tempat yang memiliki banyak cerita bersejarah di era kerajaan Islam Demak dimasa kesultanan yang dipimpin oleh Sultan Fatah dan Sunan Kalijaga. 

Selain itu, Kadilangu juga merupakan tempat tujuan wisatawan, karena memiliki wisata religi yakni Makam Sunan Kalijaga. 

Ahli waris Sunan Kalijaga, R Kristiawan menyampaikan bahwa sejarah Kadilangu tidak bisa terlepas dari salah satu Wali Allah yakni Sunan Kalijaga atau Raden Said sendiri. Dahulu Sunan Kalijaga telah memberikan kontribusi besar bagi penyebaran agama Islam di tanah Jawa, khususnya di Kabupaten Demak.

R Kristiawan menceritakan bahwa Sunan Kalijaga merupakan salah satu anggota dari Dewan Walisongo yakni sebagai Dewan Penasehat.

Dia juga mengatakan, Sunan Kalijaga mempunyai karakteristik unik dalam penyebaran Agama Islam di Kabupaten Demak yang tidak dimiliki oleh banyak orang. 

“Artinya, Sunan Kalijaga memiliki cara sendiri untuk menyebarkan dan mengajarkan agama Islam ke masyarakat Demak yang saat itu mayoritas beragama Hindu, salah satunya dengan tidak meninggalkan adat budaya Jawa,” katanya. 

Dia menambahkan beberapa adat budaya Jawa yang dibaurkan dengan ajaran agama Islam, yakni gelaran Wayang dan Tembang-Tembang.

“Misalnya dalam pertunjukan wayang. Di mana diselenggarakan di serambi masjid maka masyarakat yang nonton diminta untuk bersuci dulu. Maka ada kolam besar untuk melakukan wudhu,” imbuhnya. 

Lebih lanjutnya, seperti halnya tembang atau lagu Lingsir Wengi merupakan sebuah panjatan doa insan manusia yang disampaikan pada Allah saat waktu malam.

“Mbah Sunan saat itu mengajak untuk beribadah seperti halnya mengajak berdoa. Dimana syairnya memiliki arti luar biasa merupakan lirik yang disadur dari ayat-ayat suci Al-Quran,” terangnya.

Di era zaman kepemimpinan Sultan Fatah, melihat kontribusi luar biasa dari Sunan Kalijaga untuk penyebaran agama Islam di tanah Jawa, diberikanlah sebanyak 27 desa, yang mencakup Demak, Kudus, Pati, dan Purwodadi. 

“Lalu memilih Kadilangu menjadi sentralnya untuk mendirikan pondok ngaji,” ucapnya. 

Namun dengan berangsurnya waktu serta peralihan budaya, tanah pemberian Sultan Fatah menjadi tanah perdikan. Sehingga tanah peninggalan Sultan Fatah untuk ahli waris Sunan Kalijaga hanya di Kadilangu. 

Seusai Sunan Kalijaga wafat, kepemimpinan berubah menjadi Panembahan, kemudian dilanjutkan Pangeran Wijil,  Pangeran Wijil I, II, III, IV, V lalu berubah menjadi Kepala Perdikan.

“Namun sekarang ini Kadilangu beralih menjadi kasepuhan dengan sebutan sesepuh. Sesepuh itu adalah sebutan jabatan untuk Ketua Adat Kadilangu,” pungkasnya. (Lingkar Network | M Burhanuddin Aslam – Harianmuria.com)

Exit mobile version