REMBANG, Harianmuria.com – Kota Pusaka Lasem saat ini masih dalam proses pembangunan. Seiring berjalannya pembangunan, banyak isu negatif yang berkembang di masyarakat terkait dampak pembangunan Kota Pusaka Lasem bagi warga setempat.
Menanggapi hal itu, Bupati Rembang Abdul Hafidz menyampaikan desain Kota Pusaka dibuat untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung. Trotoar didesain selebar 4 meter tujuannya agar wisatawan tidak saling berdesakan ketika menikmati kawasan Kota Pusaka Lasem dengan berjalan kaki.
Dengan desain tersebut, kendaraan juga tidak diperkenankan parkir di sepanjang kawasan kota pusaka. Karena hal itu akan mengganggu arus lalu lintas di kawasan kota pusaka Lasem.
Hal itu lantas dijadikan isu jika desain kota pusaka Lasem bakal berdampak negatif bagi pertokoan setempat. Yang kemudian dijadikan bahan untuk memprovokasi warga.
Atas perihal tersebut, Bupati Hafidz meminta pemerintah Desa setempat untuk memberi penjelasan sejelas-jelasnya kepada masyarakat terkait desain penataan kota pusaka Lasem. Agar tidak ada lagi kesalahpahaman yang berujung tindakan provokatif.
“Saya minta tolong sejelas-jelasnya bahwa desain kota pusaka ini memang peruntukannya untuk wisatawan agar bisa melihat, mendengar cerita masa-masa lalu. Maka desainya adalah jalan kaki, agar tidak berdesakan maka desainnya dibuat 4 meter. Itu dimana-mana seperti itu desain kota pusaka,” ujarnya.
Terkait tidak diperbolehkannya kendaraan parkir di sepanjang kawasan kota pusaka, lanjut Bupati, nantinya akan dibuatkan kantong parkir di area kawasan tersebut. Rencananya kantong parkir akan dibuat di Desa Karangturi dan Desa Jolotundo.
Nantinya kantong parkir juga akan dikelola oleh pihak desa. Sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan bagi desa. Hal itu sesuai dengan tujuan pembangunan kota pusaka yaitu mendatangkan kesejahteraan bagi warga sekitar.
“Petinggi Karangturi, petinggi Jolotundo silahkan identifikasi potensi kantong parkir. Itu untuk kekayaan desa, bakal kaya itu desa. Jangan malah dikomentari dan dikompor-kompori seolah-olah mempersulit rakyat,” terangnya.
Bupati menambahkan, desain kota pusaka memang didesain untuk dinikmati para wisatawan dengan berjalan kaki. Bukan hanya di Lasem, diberbagai daerah juga menerapkan desain yang serupa ketika dibuat sebuah kawasan bersejarah.(Lingkar Network I mir I Harianmuria.com)