JEPARA, Harianmuria.com – Bulan Ramadan membawa berkah bagi perajin lampion di Kabupaten Jepara, salah satunya Arif Rahman (55) dari Desa Purwogondo, Kecamatan Kalinyamatan. Lonjakan permintaan lampion membuatnya memperbanyak produksi di bulan suci ini.
Saat ditemui di kediamannya, Arif terlihat telaten menyusun potongan kertas yang telah dipotong sesuai pola lampion yang dipesan. Untuk mencetak pola lampion, ia memercayakan proses pemotongan kepada tukang pencetak kertas di Kudus.
Ia mengungkapkan, permintaan lampion mulai meningkat sejak bulan Syakban, saat masyarakat Jepara merayakan tradisi baratan. Selama bulan Ramadan, pesanan yang datang terutama dari pedagang di Kudus untuk persiapan takbir keliling menjelang Idulfitri.
“Biasanya, pesanan dari Kabupaten Kudus meningkat saat puasa seperti ini,” kata Arif, Senin (10/3/2025).
Selama Ramadan, Arif mampu memproduksi 500 hingga 600 lampion untuk memenuhi permintaan. Setiap pedagang yang memesan rata-rata memesan sekitar 100 hingga 150 lampion.
“Minggu pertama puasa seperti ini, pesanan sudah mulai diambil,” tambahnya.
Arif menawarkan lima bentuk lampion yang populer, antara lain masjid besar, masjid kecil, karakter Hello Kitty, kapal, dan mobil yang sangat diminati anak-anak. Ia menjual lampion tanpa lampu warna-warni seharga Rp7 ribu per buah, sedangkan lampion yang dilengkapi lampu dijual seharga Rp13 ribu per buah.
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat lampion meliputi kertas, kertas gombyok, hologram, plastik kaca, lem, dan benang. Meskipun proses pembuatan terbilang menantang, Arif menikmati pekerjaannya.
Ia telah menggeluti usaha lampion ini selama kurang lebih lima tahun, dan istrinya juga ikut berkontribusi sebagai perajin.
“Sudah lama saya berkecimpung di dunia lampion. Dulu banyak yang membuat, tetapi sekarang sudah jarang, tinggal yang sepuh-sepuh saja,” pungkasnya.
Dengan semangat dan kreativitas, Arif Rahman terus berupaya menjaga tradisi pembuatan lampion di Jepara. Ia berharap dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat setiap tahunnya, sekaligus melestarikan budaya lokal dalam setiap kerajinan yang dihasilkan.
(MUHAMMAD AMINUDIN – Harianmuria.com)