REMBANG, Harianmuria.com – Kawasan Kota Pusaka Lasem menyimpan keberagaman budaya, agama dan etnis. Bentuk klasik sejumlah bangunan lawas pecinan, pondok pesantren, dan pribumi menjadi saksi meleburnya perbedaan sejak masa lampau.
Keberagaman itulah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Lasem. Belum lagi, keberadaan Museum Islam Nusantara menambah kekayaan budaya di kawasan Kota Pusaka Lasem.
Berbicara tentang Museum Islam Nusantara Lasem, belakangan destinasi ini mulai dilirik wisatawan dan peziarah karena bentuk arsitekturnya yang unik. Mulai dari atap bangunannya saya cukup unik berbentuk rumah adat khas Padang. Belum lagi jendela Museum Islam Nusantara terbuat dari kayu dengan ukiran ayat suci Al-Quran.
Di samping itu, museum yang satu lokasi dengan Masjid Jami’ Lasem dan Makam Mbah Sambu (salah satu penyebar agama Islam di Jawa) juga menawarkan sejarah Islam dari masa ke masa.
Berjarak 11 kilometer dari timur Kota Rembang, di dalam Museum Islam Nusantara berisi peninggalan sejarah Lasem yang dibawa oleh tokoh-tokoh dari Lasem untuk jejaring ilmu ke seantero nusantara dan internasional.
Di sana terdiri atas tiga bagian yaitu narasi tentang tokoh-tokoh Islam Nusantara, artefak barang-barang kuno atau peninggalan masa lalu dan turats (naskah manuskrip) dari para tokoh Islam Nusantara.
Juru Kunci Museum Islam Nusantara Zainudin mengatakan, setiap saat selalu ramai bahkan pengunjung dari luar Jawa juga datang ke museum itu. Pada hari libur pengunjung yang datang 200 lebih. Sedangkan pada hari biasa rata-rata 50 pengunjung.
“Kadang niku 1 bus. Tiyang 50 nggih wonten. Kadang nggih saking Magelang, Wonosobo. Rombongan saking Padang winginane nggih mriki. Riau nggih ziarah mriki,” jelasnya.
Zainudin menyebutkan wisatawan mancanegara dari Tiongkok juga pernah datang ke museum di barat Alun-Alun Lasem itu untuk mengetahui masjid yang ada sejarahnya.
Selain itu, kata Zainudin, wisatawan mancanegara asal Kamboja, Thailand juga pernah berkunjung ke museum karena mencari nasab keluarganya yang pernah menjadi wali. Sehingga wisatawan asing itu diarahkan ke Makam Nyai Ageng Malika di Pantai Caruban, Desa Gedongmulyo dan ke Pasujudan Sunan Bonang, Desa Bonang. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Harianmuria.com)