KUDUS, Harianmuria.com – Banyak orang rela berjuang agar bisa berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Salah satunya adalah Daini (72), calon haji asal Desa Golantepus, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus.
Daini yang kesehariannya berjualan pisang di emperan Pasar Brayung Mejobo memiliki kisah perjuangan tersendiri untuk bisa berangkat ke Tanah Suci. Wajah bahagia terpancar pada raut muka Daini usai dinyatakan bisa berangkat haji pada tahun 2023 ini.
Daini menceritakan, sudah mulai menabung untuk meraih mimpinya menyempurnakan rukun Islam sejak tahun 1980-an hingga sekarang. Perjuangan Daini penuh dengan cobaan dan ujian. Akan tetapi, hal tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk berangkat haji. Justru, cobaan dan ujian membuat dirinya semakin mantab untuk beribadah di Baitullah.
Keinginan Daini untuk berangkat ke Makkah itu muncul saat dirinya bersama teman-teman sesama pedagang di pasar Brayung Mejobo membicarakan terkait ibadah haji. Perbincangan ringan itu lalu mengetuk hati Daini untuk bertekad menjalankan rukun Islam kelima tersebut.
“Awalnya ngobrol kalih rencang-rencang kulo, terus pingin. Sakniki rencang-rencang sampun seda (Awalnya bincang-bincang bersama teman-teman, terus kepengin. Sekarang teman-teman saya sebagian sudah meninggal),” ceritanya.
Dari situ, Daini mulai konsisten menyisihkan uang hasil penjualan pisang sebagai tabungan berangkat haji. Harga pisang yang dia jual juga terjangkau, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 30.000.
Tabungan haji tersebut mulai dikumpulkan pada tahun 2000 silam. Sedikit demi sedikit, Daini menyimpan uang keuntungan jualan sebesar Rp10.000 hingga Rp50.000 di koperasi setempat.
“Yo sitik-sitik, nek artane sampun katah mangke dipindah bank sing luih sae. (Dikumpulkan sedikit-sedikit nanti kalau uangnya sudah jutaan dipindah ke bank yang lebih baik,” jelasnya.
Perjuangan Daini mengumpulkan uang tabungan haji sempat mendapatkan ujian. Uang Daini yang dititipkan pada koperasi hilang dibawa kabur oknum.
“Pernah uang nganti Rp 8 jutaan ilang, sampun dibalekno mung mboten utuh, kirang Rp 2 jutaan ora dingehno. Nggih tetap semangat saget ngelunasi. (Pernah uang dibawa kabur sampai Rp 8 jutaan, tapi dikembalikan tidak utuh. Kurang Rp 2 juta tidak diberikan. Ya tetap semangat ngelunasi),” ucapnya.
Lantaran sang suami meninggal pada tahun 2011, Daini baru daftar haji pada tahun 2012. Saat itu, pendaftaran awal ibadah haji sebesar Rp 5,2 jutaan. Sedikit demi sedikit tabungan Daini mulai mencukupi untuk berangkat haji.
Kemudian untuk pelunasan kedua ia membayar Rp 21 jutaan dan terakhir membayar Rp 13 jutaan. Hingga pada tahun 2020 seharusnya Daini berangkat haji akan tetapi terpaksa diundur karena pandemi Covid-19.
“Diundur, tahun 2020 kudune bidal haji, mung wonten pandemi dadose diundur. Mireng berita niku kulo nyuwun kalih Gusti Allah, supados umure nyandak bidal haji. (Diundur, tahun 2020 harusnya berangkat haji, tetapi ada pandemi membuat keberangkatan diundur. Mendengar itu saya langsung berdoa sama Allah supaya umurnya sampai untuk berangkat haji)” ucapnya.
Lalu , Daini resmi dinyatakan masuk pemberangkatan haji pada tahun 2023 oleh Kementerian Agama Kabupaten Kudus. Rasa syukur menggenapi hatinya lantaran perjuangannya selama ini membuahkan hasil yang diimpikan.
Mendengar kabar itu dirinya terus mengucapkan sholawat dan doa sambil memegang figura bergambar Ka’bah yang berada di ruang tamunya.
Keberangkatan haji Daini dibantu oleh cucu keduanya, Alina. Dia mengaku telah melakukan berbagai persiapan untuk neneknya sebelum berangkat haji. Seperti mengajak neneknya untuk berjalan-jalan atau olahraga ringan, menjaga pola makan dan memperhatikan kesehatan.
“Alhamdulillah, Mbah yang berusia sudah sepuh sekitaran 70 tahun lebih tetapi semangatnya luar biasa, harus mengerjakan haji dengan sungguh-sungguh,” ucapnya.
Dia berharap, neneknya bisa di urus oleh panitia haji dengan baik. Lantaran neneknya hanya berangkat seorang diri tanpa ada pendamping dari pihak keluarga.
“Kebetulan nenek berangkat awal pendaftaran sendiri jadi nanti berangkat sendiri, kami dari pihak keluarga sudah menyerahkan kepada ketua pembimbing agar didampingi dan di jaga,” jelasnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus. S – Koran Lingkar)