GROBOGAN, Harianmuria.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Grobogan melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) menyiapkan proyek investasi senilai Rp41,34 miliar untuk pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngembak.
Proyek investasi ini berfokus pada pengelolaan sampah untuk dijadikan Refuse Derived Fuel (RDF), bahan bakar dari sampah. RDF merupakan sumber energi terbarukan yang dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.
Kabupaten Grobogan menghadapi masalah sampah dengan timbulan sampah di TPA Ngembak yang terus meningkat, sementara kapasitas dan luas lahan TPA tersebut terbatas. “RDF bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah sampah sekaligus menyediakan sumber energi alternatif,” kata Kepala Badan Pengelolaan Modal DPMPTSP Grobogan Sri Wahyuningsih, Selasa (18/2/2025).
RDF diminati oleh pabrik-pabrik besar untuk dijadikan sumber bahan bakar pengganti batu bara. “Di Grobogan sendiri ada pabrik semen yang ingin menggunakan RDF sebagai co-firing (bahan bakar pencampur) bahan bakar batu bara,” ucapnya.
Menurut Sri, skema investasi untuk proyek ini adalah Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), Bangun Serah Guna (BSG), dan Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). “Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama (PJPK) dalam proyek ini adalah Pemkab Grobogan secara langsung,” tuturnya.
Sri menyebut proyek ini diperkirakan balik modal selama 4 tahun 6 bulan. Hal ini didasari oleh permintaan pasar yang tinggi. Dilansir dari laman resmi Central Java Investment Platform (CJIP), kebutuhan RDF untuk sektor industri di Kabupaten Grobogan diperkirakan mencapai 131,97 juta ton per tahun.
“Diperkirakan balik modal selama 4 tahun 6 bulan,” ujarnya.
Di Kabupaten Grobogan, sektor industri, terutama pabrik semen, merupakan potensi pasar utama untuk RDF, berdasarkan asumsi bahwa 1 ton RDF dapat menggantikan 1 ton batu bara. Di sisi lain, PT Semen Grobogan berencana akan memanfaatkan RDF untuk menggantikan bahan bakar batu bara sebesar 20 persen pada tahun 2025.
Proyek ini memiliki lahan seluas 9,5 hektare dengan sumber air berasal dari sumur bor dan PDAM, yang akan memastikan ketersediaan air yang terjamin dan sesuai dengan standar yang di perlukan. Area ini akan dialiri listrik dari PLN.
Sri Wahyuningsih berharap proyek ini dapat mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca dan mengolah sampah menjadi barang yg bernilai ekonomi. Selain itu, juga dapat menyerap tenaga kerja serta ramah lingkungan.
“Harapan kami untuk mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca dan mengolah sampah menjadi barang yg bernilai ekonomi,” pungkasnya.
(AHMAD ABROR – Harianmuria.com)