Harianmuria.com – Intip ketan, kuliner tradisional khas Dandangan di Kudus, makin sulit ditemukan seiring berjalannya waktu. Makanan legendaris yang hanya muncul setahun sekali menjelang Ramadan itu kini terancam punah jika tidak terus dilestarikan.
Suprapti (45), salah satu penjual intip ketan di Dandangan, mengaku sudah empat generasi meneruskan usaha keluarganya. Ia mewarisi resep intip ketan dari buyutnya dan terus menjajakan makanan ini setiap kali Dandangan digelar.
Namun, Suprapti tak memungkiri kekhawatirannya akan nasib kuliner khas ini di masa mendatang.
“Ini makanan khas Dandangan yang sudah turun-temurun sejak buyut saya. Sekarang sudah periode keempat. Tapi kalau anak cucu tidak mau meneruskan, bisa-bisa nanti hilang,” ujarnya belum lama ini.
Intip ketan dibuat dari bahan-bahan sederhana, yaitu ketan, santan, dan garam. Rasanya yang gurih dan sedikit manis menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Tahun ini, Suprapti menjual intip ketan seharga Rp25.000 per porsi, naik sedikit dibanding tahun lalu karena harga bahan pokok yang turut melonjak.
Meskipun demikian, minat masyarakat terhadap intip ketan masih tinggi. Suprapti berharap tradisi kuliner ini tetap terjaga. “Harapannya, generasi muda bisa ikut belajar bikin intip ketan. Jangan sampai ini cuma jadi cerita,” imbuhnya.
Salah satu pembeli, Jamela (32), mengaku rela datang jauh-jauh demi mencicipi kuliner langka tersebut.
“Setiap tahun pasti beli, karena ini khas banget. Rasanya gurih, legit, dan cuma ada pas Dandangan. Takutnya kalau enggak dilestarikan, nanti hilang,” kata Jamela.
Dandangan sendiri merupakan tradisi tahunan di Kudus yang menandai datangnya bulan Ramadan. Selain intip ketan, berbagai kuliner khas dan kerajinan tangan turut meramaikan acara ini.
Namun, seiring modernisasi dan persaingan dengan jajanan kekinian, eksistensi intip ketan makin tergerus.
(FAHTUR ROHMAN – Harianmuria.com)