PATI, Harianmuria.com – Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Muntamah mendukung masyarakat untuk melestarikan acara sedekah bumi sebagai warisan budaya desa.
Muntamah menyampaikan, dalam acara sedekah bumi terdapat nilai yang mengajarkan masyarakat untuk meningkatkan kerukunan antar warga. Dimana setiap warga berkumpul di tempat ritual (punden) untuk melaksanakan doa bersama.
Selain itu, sedekah bumi juga mengajarkan masyarakat untuk berbagi kepada sesama.
Hal tersebut terwujud ketika warga membuat makanan yang dibawa ke punden dan saling berbagi satu sama lain.
Tak kalah penting proses doa bersama, sedekah bumi menjadi bentuk pengungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang didapatkan. Biasanya doa bersama dilaksanakan dengan pembacaan tahlil.
“Sedekah bumi itu baik untuk dilestarikan karena melestarikan budaya, memberikan edukasi bersosial masyarakat, memberikan makanan, meningkatkan rukun warga, terdapat nilai agama yaitu bersedekah,” ucap Muntamah saat ditemui di gedung DPRD Pati beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, wakil rakyat asal Dukuhseti tersebut menyayangkan adanya acara sedekah bumi yang dilaksanakan dengan berlebihan. Ia menganggap, tujuan Sedekah Bumi sebagai sarana untuk melestarikan Budaya justru terkotori dengan kegiatan negatif.
“Tapi yang tidak cocok adalah hura-hura, sebagai contoh pawai sound system seperti kemarin, karena dapat menimbulkan korban bagi mereka yang mempunyai penyakit jantung. Ada hiburan rakyat monggo, tapi jangan sampai over,” ungkapnya.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PPP) ini mengatakan, hiburan yang lazimnya diadakan saat acara sedekah bumi adalah pertujukan ketoprak dan wayang kulit. Seperti diketahui, Ketoprak dan Wayang Kulit merupakan pertunjukan tradisional yang menceritakan perjuangan kemerdekaan dan dakwah yang dilakukan oleh Wali Songo. Tentunya pertunjukan tersebut dapat melestarikan budaya Indonesia.
“Terkait hiburan rakyat tradisional pada saat sedekah bumi seperti ketoprak, wayang, merupakan sebuah usaha melestarikan budaya,” tuturnya.
Muntamah berharap, budaya yang dilestarikan dapat mengajarkan masyarakat untuk mengenang perjuangan pahlawan terdahulu. Sehingga generasi penerus dapat termotivasi untuk ikut berjuang melestarikan budaya.
“Tapi budaya yang dilestarikan harus budaya yang baik, yang mengandung unsur edukasi, sejarah perjuangan tempo dulu, supaya anak muda termotivasi untuk ikut berjuang,” pungkasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Harianmuria.com)