Harianmuria.com – Maulid Nabi merupakan sebuah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang digelar setiap 12 Rabiul Awal. Dalam menyambut bulan kelahiran Nabi, umat muslim seringkali mengadakan berbagai perayaan yang turun-temurun hingga membentuk sebuah tradisi.
Sebagaimana yang ada di Indonesia, banyak acara digelar demi menyambut bulan Maulid ini. Ada yang menyebut peringatan Maulid Nabi di Indonesia pertama kalinya dibawa oleh Wali Songo pada tahun 1404 Masehi.
Pada dasarnya kebanyakan dari tradisi penyambutan maupun perayaan Maulid Nabi di berbagai daerah di Indonesia memiliki tujuan yang sama. Yakni sebagai tanda syukur atas kelahiran Rasulullah SAW, mempererat persaudaraan sesame muslim, sekaligus mengangkat budaya masing-masing daerah.
Seperti tradisi-tradisi yang ada di bawah ini, masing-masing daerah memiliki corak dan keunikannya masing-masing. Apa sajakah itu? Simak penjelasannya berikut ini.
1. Tradisi Barik’an
Tradisi Barik’an merupakan acara kenduri yang masih ada dan lestari di Kabupaten Pati. Kenduri sendiri merupakan sebuah budaya masyarakat dengan membawa nasi beserta lauk ke dalam sebuah wadah yang dibawa dari rumah.
Lalu di suatu masjid atau mushala, doa akan dipanjatkan oleh seorang Kiyai atau Ustadz. Baru setelah doa panjatkan, dilanjutkan dengan tukar menukar makanan yang dibawa dan dimakan bersama-sama.
Di setiap wilayah menyebut cara kenduri ini memamg berbeda-beda. Namun tujuan dari diakannya kenduri pada peringatan Maulid Nabi ini tetaplah sama. Bahkan dari tradisi ini, kerukunan dan tali silaturahmi antar umat muslim kian terjalin baik.
2. Tradisi Meron
Tradisi meron yang diselenggarakan di Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Pati dalam memperingati Maulid Nabi SAW. Biasanya proses tradisi ini berlangsung hanya setengah hari saja.
Pagelaran tradisi meron ini kerap berlangsung meriah, sebab berbagai rangkaian acara disiapkan oleh pihak penyelenggara. Salah satunya yaitu arak-arakan berbentuk gunungan nasi tumpeng dengan tambahan hasil bumi seperti kacang, terong, buah-buahan, padi, cabai dan hasil bumi lainnya.
Selain itu, ada juga pawai bersama dengan mengenakan pakaian khas darah oleh anak-anak, pakaian keraton yang dikenakan remaja putri, dan pakaian petani yang digunakan oleh remaja putra.
Selain dilakukan untuk memperingati Maulid Nabi SAW, tradisi ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan hasil pertanian yang melimpah selama setahun ini.

3. Ritual Maulid Nabi di desa Pakem
Di Desa Pakem Pati, terdapat sebuah ritual khusus pada peringatan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Berbagai kegiatan disusun oleh pihak penyelenggara, salah satunya yakni dimulai dari kelilih dukuh dengan membawa tombak, keris, dan ancak.
Setelah arak-arakan selesai, dilanjut dengan sholawatan di depan mushala Baitul Muttaqin, mauidhoh hasanah, mahalul qiyam, doa, rebutan ancak, menyanyikan mars yalal wathon, mars banser, dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia.
Tidak jauh beda dengan tradisi lainnya, di desa Pakem ini justru membuat perayaan Nabi ini menjadi sebuah simbol toleransi. Sebab dalam perayaannya, di desa Pakem ini tidak hanya umat muslim yang merayakan tapi juga non muslim.
4. Grebeg Maulud di Kraton Yogyakarta
Tradisi Grebeg Maulud ini merupakan rangkaian upacara untuk memperingati kelahiran Nabi SAW yang diselenggarakan di Kraton Yogyakarta. Sejarah mencatat, Grebeg Maulud dulunya diadakan pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan tujuan untuk menyebarkan agama Islam.
Tradisi yang dilakukan secara turun-temurun ini sudah dijadikan sebagai destinasi wisata budaya yang banyak ditunggu-tunggu oleh wisatawan lokal maupun manca negara.
Adapun tujuan lain adanya perayaan Grebeg adalah sebagai ucapan syukur terhadap kemakmuran yang diberikan kepada masyarakat. Ini dilambangkan dengan mempersembahkan gunungan secara berpasangan.
Gunungan ini disusun dari hasil bumi yang dirangkai pada kerangka berbentuk menggunung dan kemudian dibawa berkeliling. Biasanya masyarakat akan berebut isi dari gunungan tersebut karena dipercaya mengandung keberkahan.
Adapun tradisi Grebeg Maulud ini akan dilanjut dengan dibunyikannya dua perangkat gamelan sekaten milik Keraton selama 7 hari. Acara puncaknya adalah pembacaan Risalah Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Pengulu Keraton.

5. Tradisi Weh-Wehan
Tradisi Weh-Wehan merupakan salah satu tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat kabupaten Kendal saat memperingati Maulid Nabi SAW. Tradisi ini masih eksis hingga kini, bahkan masyarakat memiliki antusias yang tinggi.
Biasanya menjelang Maulid, masyarakat akan di sibukkan dengan mempersiapkan makanan seperti ketan abang ijo, serabi, klepon, jajanan, hingga minuman yang nantinya akan diberikan kepada masyarakat secara gratis.
6. Tradisi Ampyang Maulid
Tradisi Ampyang Maulid merupakan salah satu tradisi perayaan maulid Nabi SAW. yang dilakukan oleh masyarakat desa Loram Kulon dan Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Tradisi ini difungsikan sebagai media introspeksi diri masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kemudian berperilaku yang mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW.
Biasanya tradisi ini dilaksakanan dengan arak-arakan tandu berisikan nasi bungkus ampyang. Didalamnya berisi nasi, lengkap dengan kerupuk dan sayur yang dibungkus daun jati. Selain nasi terdapat juga buah-buahan dan hasil sayuran yang dirangkai mirip gunungan setinggi 1,5 meter.
Setelah tatanan dalam gunungan jadi, lalu kirab ampyang kemudian diarak dalam tradisi yang bernama kirab dan didoakan oleh tokoh pemuka dan sesepuh agama Islam di Loram Kulon. Setelahnya, barulah ampyang dibagikan pada warga.

7. Tradisi Sekaten
Tradisi Sekaten merupakan salah satu tradisi yang digelar di Kota Solo sejak abad ke-15 yang dilakukan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Selain itu, tradisi ini disebut masih berkaitan dengan sejarah penyebaran agama Islam yang ada di Pulau Jawa yang dilakukan oleh Wali Songo.
Selain itu, pelaksanaan tradisi Sekaten di Solo biasanya digelar dengan serangkaian acara seperti pasar malam di alun-alun kidul selama sebulan penuh. Salah satu pertanada pagelaran Sekaten dimulai yaitu ketika gamelan yang akan diarak ke masjid sudah dibunyikan.
Biasanya, acara ini akan berlangsung pada tanggal 5 hingga 12 Rabiul Awal yang mana pada tanggal ini gamelan akan ditabuh atau dibunyikan secara terus menerus. Setelah itu acara akan dilanjutkan dengan Tumplak Wajik dan Grebeg Maulud.
Demikian itulah beberapa ulasan tradisi budaya yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia terutama daerah Jawa dalam rangka memperingati Maulid Nabi SAW dengan ciri khas dan keunikan masing-masing. (Kontributor Uin – Harianmuria.com)